Daftar
isi
Kata
Pengantar ................................................................................................................... i
Daftar
Isi ............................................................................................................................ ii
Bab
I Pendahuluan
Latar
Belakang Masalah......................................................................................................
1
Rumusan
Masalah................................................................................................................
1
Tujuan
Penulisan..................................................................................................................
1
Manfaat
Penulisan...............................................................................................................
1
Bab
II Isi
Partograf..............................................................................................................................
2
Distosia
bahu, Presentasi muka, Letak sungsang................................................................
9
Gemeli.................................................................................................................................
14
Bab
III Penutup
Kesimpulan..........................................................................................................................
18
Daftar
Pustaka .................................................................................................................... 19
BAB i
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Pengertian
dari patograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala 1 persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari penggunaaan
patograf adalah untuk mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan
menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam. Oleh arena itu lembar
patograf sangat penting untuk mencatat semua hasil observasi. ( Buku Asuhan
Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu Dini Hal : 55 )
Setiap
bidan tidak dapat mengelak dari kemungkinan berhadapan dengan komplikasi dan
penyimpangan dari normal yang memerlukan tindakan segera. Komplikasi obstetrik
berikut : distosia bahu, presentasi muka, presentasi bokong dan letak sungsang.
Bidan mungkin dihadapkan dengan keadaan darurat disetiap area pelayanan. Secara
teoritis dan idealnya, semua komplikasi dan penyimpangan dari normal ini harus
didiagnosis atau sebelum pelahiran.
Kehamilan
multipel merupakan suatu istilah yang digunakan apabila terdapat lebih dari
satu janin didalam rongga uterus. Twins
menggambarkan dua janin, Tripelets
menggambarkan tiga janin dan seterusnya. Insiden kembar dua adalah 40 per 1000
kelahiran pada orang Afrika Barat, 12 per 1000 untuk orang kaukasia dan 6 per
1000 untuk orang Asia. Angka kembar lebih tinggi pada wanita subur dan
multipara. Kemajuan terapi pembantu kesuburan meningkatkan insiden kehamilan
multipel. ( Buku Manual Persalinan Edisi 3 Hal : 283 )
1.2 RUMUSAN MASALAH
Apa
saja temuan keadaan normal dan abnormal dari partograf ?
Apa
pengertian bahu macet, letak muka, dan letak sungsang ?
Apa
yang dimaksud dengan gemeli ?
1.3 Tujuan penulisan
Untuk
mengetahui temuan keadaan normal dan abnormal dari partograf
Untuk
mengetahui pengertian bahu macet, letak muka, dan letak sungsang
Untuk
mengetahui pengertian dan macam-macam gemeli
1.4 Manfaat penulisan
Dengan
adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai temuan keadaan normal dan abnormal dari partograf, pengertian bahu
macet, letak muka, dan letak sungsang, dan pengertian dari gemeli.
BAB ii
isi
isi
2.1 Temuan
keadaan normal dan abnormal dari partograf
Pengertian
dari patograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala 1 persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama penggunaaan patograf
adalah untuk :
1. Mencatat
hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan servik melalui
pemeriksaan dalam.
2. Mendeteksi
apakah proses persalinan berjalan secara normal, bisa juga mendeteksi secara
dini kemungkinan terjadinya partus lama.
3. Data
pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan ; pmeriksaan
laboratorium,membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatat secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin
dan bayi baru lahir.
Jika digunakan secara
tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan untuk :
1.
Mencatat kemajuan persalinan.
2.
Mencatat kondisi ibu dan janinnya.
3.
Mencatat asuhan yang diberikan selama
persalinan dan kelahiran.
4.
Menggunakan informais yang tercatat
untuk identifikasi dini penyulit persalinan.
5.
Menggunakan informasi yang tersedia
untuk membuat keputusan klinik yang
sesuai.
Partograf harus
digunakan :
Γ Untuk
semu ibu dalam fase aktif kala 1 persalian dan merupakan elemen penting dari
asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik
normal maupun patologis. Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam
memantau, mengealuasi dan membuat keputusan klinik, bak perslinan dengan
penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit.
Γ Selama
prsalinan dan kelahiran di semua tempat ( rumah, puskesmas, klinik, bidan
suwasta, rumah sakit, dll)
Γ Secara
rutin oleh semua penolong persalinan yang meberikan asuhan persalinan kepada
ibu dan proses kelahiran bayinya ( specialis opstetri, dokter umum, presiden
dan mahasiswa kedokteran ).
(
Buku Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu Dini Hal : 55 )
2.1.1
Pencatatan Selama Fase Laten
Kala 1 persalinan
terdiri dari 2 fase , fase laten dan fase aktif yang dipacu pada pembukaan
seviks :
1.
Fase laten merupakan pembukaan serviks
kurang dari 4 cm
2.
Fase aktif merupakan pembukaan serviks
dari 4-10 cm.
2.1.2
Pencatatan Selama Fase Aktif
Halaman depan partoraf
mengintruksikan obserasi dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan
lajur dan kolom untuk mencatatan hasil hasil pemeriksaan selama fase aktif
persalinan, yaitu :
Informasi tentang ibu :
1.
Nama , umur
2.
Grafida , para, abortus
3.
Nomor catatan medik atau nomor puskesmas
4.
Tanggal dan waktu mulai dirawat ( atau
jika dirumah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu ).
5.
Waktu pecahnya selaput ketuban
Kondisi janin :
1.
DJJ
2.
Warna dan adanya air ketuban
3.
Penyusupan ( molase) kepala janin.
( Buku Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu Dini Hal : 56 )
( Buku Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu Dini Hal : 56 )
Kemajuan
persalinan :
1.
Pembukaan serviks
2.
Penurunan bagian terbawah atau
persentasi janin
3.
Garis waspada dan garis bertindak
Jam
dan waktu :
1.
Waktu mulainya fase aktif persalinan
2.
Waktu aktual saat pmeriksaan atau
penilaian.
Kontraksi uterus :
1.
Frekuensi dan lamanya
2.
Lama kontraksi (dalam detik)
Obat obatan dan cairan
yang diberikan :
1.
Oksitosin
2.
Obat obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan
Kondisi ibu :
1.
Nadi, tekanan darah, dan temperatur
tubuh
2.
Urine (volume ,aseton atau protein)
2.1.3
Mencatat Temuan Pada Patograf
A. Informasi tentang
ibu
Lengkapi
bagian awal ( atas) patograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan.
Waktu kedatangan ( tertulis sebagai : jam atau pukul pada partograf) dan
perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten. Catat waktu pecahnya selaput ketuban.
B. Kondisi janin
Bagan
atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin ( DJJ ).
Air ketuban dan penyusupan ( kepala janin ).
1.
Denyut jantung janin
Nilai dan catat
denyut jantung janin ( DJJ ) setiap 30 menit ( lebih sering jika ada tanda
tanda gawat janin). Setiap kotak dibagian atas patograf menunjukkan waktu 30
menit. Skala angka sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan
memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ.
Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik yang lainnya dengan garis yang
bersambung.
Normal : 120-160 X/menit
Abormal : <120x/menit atau >160x/menit ( Curigai adanya gawat
janin)
( Buku Asuhan
Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu Dini Hal : 57 )
2.
Warna da adanya air ketuban
Nilai air
kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai warna air ketuban
jika selaput ketuban pecah. Catat semua temuan-temuan dalam kotak yang sesuai
dibawah lajur DJJ.
Gunakan lambang-lambang berikut ini :
Normal :
a.
U :
Utuh
b.
J :
Selaput pecah, air ketuban jernih
Abnormal
:
a.
M :
Air ketuban bercampur mekonium
b.
D :
Air ketuban bercampur darah
c.
K :
Tidah ada air ketuban/Kering
3.
Penyusupan ( Molase ) Tulang Kepala
Janin
Penyusupan
adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala janin dapat menyesuaikan
diri terhadap bagian keras ( tulang ) panggul ibu. Semakin besar derajat
peyusupan atau tumpang tindih antar tulang kepala semakin menunjukan resiko
disproporsi kepala-panggul( CPD). Ketidakmampuan untuk berakomodasi atau
disproporsi ditunjukkan melalui derajat penyusupan atau tumpang tindih ( molase
) yang berat sehingga tulang kepala yang saling menyusup, sulit untuk
dipisahkan. Apabila ada dugaan disproporsi kepala-panggul maka penting untuk
tetap memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan.
Setiap kali
melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar tulang ( molase )kepala janin.
Catat temuan yang ada dikotak yang sesuai dibawah lajur air ketuban.
Gunakan lambang-lambang berikut ini
:
Normal :
0
: Sutura terpisah
1
: Pertemuan 2 tulang tengkorak yang
tepat/bersesuaian
2
: Sutura tumpang tindih tetapi dapat
diperbaiki
Abnormal
:
3
: Sutura tumpang tindih dan tidak dapat
diperbaiki
( Buku Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi
Menyusu Dini Hal : 58 )
4.
Pembukaan Serviks
Dengan
Menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik. Nilai dan catat
pembukaan serviks setiap 4 jam ( lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda
penyulit ) Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf
setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda “X” harus dicantumkandi garis
waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
Normal :
Kecepatan pembukaan serviks paling
sedikit 1 cm/jam selama persalinan
a. Fase
aktif berlangsung disebelah kiri garis waspada
b. Serviks
dipenuhi oleh bagian terbawah oleh janin
Abnormal
:
Kecepatan
pembukaan serviks lebih lambat
a. Fase
aktif berlangsung disebelah garis waspada
5.
Penurunan Bagian Terbawah Janin
Setiap kali
melakukan pemerisaan dalam ( setiap 4 jam ) atau ( lebih sering jika ada
tanda-tanda penyulit ). Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (
perlimaan ) yang menunjukkan seberpa jauh bagian terbawah janin telah memasuki
rongga panggul. Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks selalu
diikuti dengan turunnya bagian terbawah janin. Tapi adakalanya penurunan bagian
terbawah janin baru terjadi setelah pembukaan serviks mencapai 7 cm.
Normal :
a. Bagian
terbesar kepala sudah masuk panggul dengan adanya kontraksi kepala semakin
turun hingga dasar panggul
Abnormal
:
a. Bagian
terbesar kepala tidak masuk panggul
b. Dengan
adanya kontraksi kepala tidak mengalami penurunan, kepala mengalami kemajuan
yang kurang baik, pada persalinan dapat menyeabkan persalinan lama.
( Buku Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi
Menyusu Dini Hal : 60 )
6.
Jam dan waktu
Waktu Mulainya Fase Aktif
Persalinan
Di bagian bawah partograf (
pembukaan serviks dan penurunan ) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-12.
Setiap kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
Normal :
a.
Fase Aktif tidak boleh > 8 jam
b.
Persalinan tidak berlangsung > 12 jam
tanpa kelahiran bayi
Abnormal
:
a.
Fase Aktif >8 jam
b.
Persalinan telah berlangsung > 12 jam
tanpa kelahiran bayi
7.
Kotraksi Uterus
Dibawah Lajur
waktu partograf, terdapat 5 kotak dengan tulisan “ kontraksi per 10 menit “
disebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi.
Setiap 30 menit raba dn catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya
kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam
waktu 10 menit dengan cara menisi kotak kontraksi yang tersedia dan
disesuailkan dengan angka yang mencerninkan temuan dari hasil pemeriksaan
kontraksi
Normal :
Kontraksi teratur yang progresif
dan peningkatan frekuensi dan durasi
Abnormal :
Kontraksi yang tidak teratur dan
tidak sering setelah fase laten
8.
Nadi
Nilai dan catat
nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan ( lebih sering jika
diduga adanya penyulit ) beri tanda titik pada kolom waktu yang sesuai
Normal :
50x/menit – 100x/menit
Abnormal :
Denyut nadi meningkat, mungin ibu
dalam keadaan dehidrasi.
9.
Tekanan Darah
Nilai dan catat
tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan ( lebih sering jika
diduga adanya penyulit ) beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang
sesuai.
Normal :
a. Sistolik : 110-140 mmHg
b. Diastolik : 60-80 mmHg
Abnormal
:
a. Sistolik : <110 atau >140 mmHg
b. Diastolik : <60 atau >80 mmHg
10.
Suhu Tubuh
Nilai dan catat
temperatur tubuh ibu ( lebih sering jika terjadi peningkatan mendadak atau
diduga adanya infeksi ) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak
yang sesuai.
Normal :
36 – 37,5 ⁰C
Abnormal :
>37,5 ⁰C ( infeksi )
<36 ⁰C ( dehidrasi )
11.
Urine
Ukur dan catat
jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam ( setiap kali ibu berkemih ).
Jika memungkinkan, setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan aseton dan
protein dalam urine.
Normal :
300 – 350 cc tidak ada proteinuri
dan aseton
Abnormal :
Terdapat proteinuri dan aseton
( Buku Asuhan Persalinan Normal
& Inisiasi Menyusu Dini Hal : 61-63 )
2.2 BAHU MACET, LETAK Muka, letak sungsang
2.2.1 DISTOSIA BAHU
Distosia
bahu adalah presentasi sefalik dengan bahu anterior terjepit di atas simfisis
pubis bukan masuk ke pelvis minor. Hal ini terjadi ketika bahu berusaha
memasuki pelvis minor dengan diameter bisakromial dalam diameter
anteroposterior pintu atas panggul bukan pada diameter oblik kiri atau kanan
pintu atas panggul yang ruangannya lebih besar, yang merupakan cara untuk masuk
ke dalam pelvis selama mekanisme persalinan normal. Diameter oblik yaitu 12,75
cm, lebih panjang daripada diameter antero posterior yang panjangnya 10.6 cm
untuk konjugata obstrik pintu atas panggul. Bahu postrior biasa telah turun
melewati promotorium sakrum dan masuk kedalam pelvis minor. Sangat jarang
terjadi bahu posterior juga macet diatas promotorium sacrum bersama dengan bahu
anterior. Oleh karena itu petunjuk penting untuk definisi distosia bahu, dan
untuk penyelesaian masalah, adalah lokasi bahu anterior yang terjepit di atas
simfisis pubis
Langkah
– langkah untuk menangani situasi darurat distosia bahu yaitu :
1.
Tetap tenang
2.
Minta dokter yang bertanggung jawab
untuk segera datang
3.
Minta kesiapan upaya resusitasi bayi
baru lahir dalam skala lengkap
4.
Minta kesiapan untuk penanganan
perdarahan post partum yang terjadi dengan cepat
5.
Jelaskan dengan singkat kepada ibu bahwa
ada masalah dengan pelahiran bahu bayinya, bahwa anda dan bayi memerlukan kerja
sama ibu, dan bahwa anda akan melakukan hal-hal yang menyakitkan ibu
6.
Atur posisi litotomi maksimal
7.
Periksa posisi bahu. Putar bahu kesalah
satu diameter oblik pelvis
8.
Minta orang lain menekan area supra
pubis sementara anda memberikan tekanan yang biasa dilakukan kearah bawah dan
arah luar pada sisi kepala bayi
9.
Jika bayi belum dilahirkan, istirahat
sebentar
10. Jika
distosia persalinan didiagosis sebagai akibat distosia bahu, upaya kembali
melahirkan bayi dengan prasat McRoberts dan tekanan supra pubis terarah
11. Lakukan
prasat memutar dalam bentuk spiral, menggunnakan prinsip skrup kayu
12. Jika
bayi masih belum dapat dilahirkan, lahirkan lengan posterior
13. Upayakan
peahiran bayi sekarang dengan kombinasi prasat McRobrts, tekanan supra pubis
dan tekanan kearah bawah dan keluar pada sisi kepala bayi
14. Juka
bayi belum dilahirkan, rotasikan badan bayi 180 drajat
15. Secara
tradisional langkah berikut adalah mematahkan klavikula bayi
16. Untuk
praktis lainnya, langkah selnjutnya adalah menggunakan perasat zavanelli untuk
memindahkan bagian belakang kepala bayi kedalam vgina dan dilanjutkan dengan
kelahiran bayi melalui seksio sesaria.
( Buku Asuhan Kebidanan
Edisi 4 Volume 2 )
2.2.2 PELAHIRAN BAYI DENGAN
PRESENTASI MUKA
Diagnosis
presentsi muka didasrkan hal hal berikut :
1.
Palpasi abdomen ( perasat leopold ke 3
dan ke 4)
2.
Pemeriksan pelvis
Mekanisme
persalinan untuk pesentasi muka yaitu :
1.
Ekstensi
2.
Egagement
3.
Penurunan terjadi seluruhnya
4.
Rotasi inernal
5.
Pelahiran kepala
6.
Restitusi
7.
Rotasi eksternal
8.
Pelahiran bahu dan badan
( Buku Asuhan Kebidanan
Edisi 4 Volume 2 )
2.2.3 PELAHIRAN BAYI DENGAN
PRESENTASI BOKONG
Pelahiran
bokong darurat sebaiknya tidak disebabkan tidak ada diagnosis oleh bidan yang
merawat wanita selama periode antepartal atau selama persalinan. Pelahiran
presentasi bokong yang diperkirakan dan direncanakan oleh bidan harus
melibatkan kolaborasi yang dekat dengan dokter dan harus dapat denan cepat
menghubungi dokter. Hal ini pening karena ad masalah potensil dalam pelahiran
bokong. Kesulitan pelahiran setelah melahirkan kepala dan perlunya tindakan
resusitasi yang lebih ekstensif pada byi baru lahir.
MEKANISME
PERSALINAN
1.
Penurunan terjadi secara lengkap
2.
Engagement pinggul terjadi pada posisi
RSA dengan sakrum berada pada bagian aterior kiri prlvis ibu dan diameter
bintro kanterik berad pada diameter oblik kanan pelvis ibu.
3.
Rotasi internal bokong sebesar 45
derajat dari RSA ke RST.
4.
Pelahiran bokong dengan fleksi lateral
5.
(A) Rotasi ekternal bokong sebesar 45
derajat dari RST ke RSA dan (B) engagement bahu dengan diameter bisakrumial dalam diameter oblik kanan pelvis ibu ( sama
dengan engagement bokong ).
6.
Rotasi inernal bahu 45 derajat membwa
diameter bisa kromial janin dari diameter oblik kanan ke diameter
ateroposterior pelvis ibu.
7.
Kelhiran bahu dengan fleksi lateral
8.
Engagement kepala terjadi dengan suktura
sagitalis berada pada diameter tranversal atau oblik kiri pelvis ibu dan
oksiput berada disisi kanan pelvis.
9.
Rotasi internal kepala sebesar 45
derajat atau 90 derajat m,embaw suktura sagitalis dari diameter oblik kiri atau
tranversal, secara berturut turut, kediameter ateroposterior pelvis ibu dengan
oksiput tepat dianterior dan dahi dalam lubang sakrum pada pelvis ibu.
10. Pelahiran
kepala bayi dengan fleksi.
2.2.4 PERSALINAN LETAK SUNGSANG
Perkiraan
komposisi letak janin dalam rahim adalah : 96% letak kepala, 2,5-3% letak
sugsang, sedangkan sekitar 0,5% letak lintang.
Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung
melalui 3 tahap yaitu :
1. Persalinan
bokong
2. Persalinan
bahu
3. Persalinan
kepala
Masing-masing
bagian besar bayi mempunyai dan dapat mengalami kesulitan, terutama kepala,
yang akan menentukan morbiditas dan mortalitas bayi letak sungsang pada persalinan.
Indikasi primer seksio sesarea pada
letak sungsang adalah :
Γ Letak
sugsang pada primigravida
Γ Letak
sungsang prematuritas
Γ Letak
sungsang dengan sejarah obsteri yang buruk.
Γ Letak
sungsang dengan penyakit diabetus melitus
Γ Letak
sungsang dengan perjalanan persalinan :
· Ketuban
pecah dalam pembukaan kecil
· Pembukaan
lambat
· Disertai
prolapsus funikuli
Γ Letak
sungsang dengan kemungkinan disproporsi sefalo-pelvik
Γ Letak
sungsang dengan janin besar
Γ Letak
sungsang dengan hiperekstensi kepala.
Persalinan letak
sungsang mempunyai prognosa yang buruk, dengan terbatasnya waktu dan tidak
terdapatnya mekanisme moulase pada susunan tulang dasar kepala janin. Disamping
itu morbiditas dan mortalitas pada persalinan letak sungsang dengan
prematuritas lebih tinggi. Pada prematuritas perbandingan kepala relatif besar,
dengan susunan tulang tengkorak dan persendian tulang leher yang masih lemah,
memberikan peluang terjadinya pendarahan intrakranial yang lebih besar dan
kerusakan pada pusat vital.
MEKANISME PERSALINAN LETAK SUNGSANG
Persalinan letak
sungsang mempunyai mekanisme tersendiri karena yang melalui jalan lahir
berturut-turut adalah : bokong, bahu, dan kepala janin.
Mekanisme persalinannya dapat
disampaikan sebagai berikut :
1. Persalinan
bokong.
ΓΌ Bokong
masuk ke pintu ats panggul dalam posisi melintang atau miring.
ΓΌ Setelah
trokanter belakang mencapai dasar panggul, teerjadi putaran paksi dalam
sehingga trokanter depan berada di bawah simfisis.
ΓΌ Penurunan
bokong dengan trokanter belakang yang berlanjut, sehingga distansia
bintrokanterika janin berada di pintu bawah panggul.
ΓΌ Terjadi
persalinan bokong, dengan trokanter depan sebagai hipomoklion.
ΓΌ Setelah
trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk persalinan
trokanter depan, sehingga seluruh bokong janin lahir.
ΓΌ Terjadi
putaran paksi luar, yang menempatkan punggung bayi kearah perut ibu.
ΓΌ Penurunan
bokong berkelanjutan, sampai kedua tungkai bawah lahir.
2. Persalinan bahu
ΓΌ Bahu
janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring
ΓΌ Bahu
belakang masuk dan turun sampai mencapai
dasar panggul
ΓΌ Terjadi
putaran paksi dalam, yang menempatkan bahu depan dibawah simpisis, dan
bertindak sebagai hipomoklion.
ΓΌ Bahu
belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang.
ΓΌ Penurunan
persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan depan sehingga seluruh bahu
janin lahir.
ΓΌ Kepala
janin masuk pintu atas panggul, dengan posisi melintang atau miring.
ΓΌ Bahu
melakukan paksi luar
3. Persalinan
kepala janin
ΓΌ Kepal
janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi, dengan posisi dagu berada
dibagian belakang.
ΓΌ Setelah
dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian belakang tertahan oleh simfisis,
kemudian terjadi putaran paksi dalam dan menempatkan sub-oksiput sebagai
hipomoklin.
ΓΌ Persalinan
kepala, berturut-turut lahir : dagu, mulut, hidung, mata, dahi dan muka
seluruhnya.
ΓΌ Setelah
muka lahir, badan bayi akan tergantung sehingga seluruh kepala bayi dapat
lahir.
( Buku Asuhan Kebidanan
Edisi 4 Volume 2 )
2.3 Gemeli ( KEMBAR )
Kehamilan
gemeli/multipel merupakan suatu istila yang digunakan apabila terdapat lebih
dari satu janin didalam rongga uterus.
Twins menggambarkan dua janin, Tripelets
menggambarkan tiga janin dan seterusnya. Insiden kembar dua adalah 40 per 1000
kelahiran pada orang Afrika Barat, 12 per 1000 untuk orang kaukasia dan 6 per
1000 untuk orang Asia. Angka kembar lebih tinggi pada wanita subur dan
multipara. Kemajuan terapi pembantu kesuburan meningkatkan insiden kehamilan
multipel.( Buku Manual Persalinan Edisi 3 Hal:283)
JENIS
1.
KEMBAR MONOZIGOT atau MONOKORIONIK (
Uniovular / Monovular/ Identik)
Kembar
seperti ini dihasilkan jika satu ovum membagi ke dalam bentuk dua janin. Kembar
ini dapat menjadi dikorionik diamniotik, korionik diamniotik atau monokorionik
monoamniotik. Angka kembar dua monozigotik sebanyak 3-5 per 1000 sama bagi
semua kelompok etnik. ( jenis kelamin janin selalu sama.) Komplikasi seperti
hidromnion , abnormlitas janin ketidaksesuain berat badan janin dan sindrom
tranfusi janin lebih cenderung terjadi, karena komplikasi intrapartum dan akibat
perinatal yang buruk. Jika salah satu kembar nanti didalam uterus, terdapat 25%
resiko nekrotik neurologis dan lesi ginjal serta kematian intrauterus pada
janin yang hidup.
2.
KEMBAR DIZIGOT ( Binovular, non-identik)
Pada
kembar dizigot dua telur terpisah, biasanya pada siklus menstruasi yang sama,
dan dibuahi oleh dua sperma yang berbeda. Jenis kelamin janin sering berbeda.
Angka kembar berbeda beda pada kelompok etnik yang berbeda dan dipengaruhi oleh
penggunaan obat obatan penyubur untuk menginduksi ovulasi.
3.
JANIN MULTIPEL YANG LAIN
Multipelini
sering monovular, biasanya terjadi setelah ovulasi multipel atau kombinasi
monovular dan ovulasi multipel.
4.
DIAGNOSIS
Diagnosis
sebelum kelahiran penting artinya. Kembar yang tak terdiagnosis memunculkan
resiko tambahan terhadap ibu dan kembar kedua.
Lakukan
pemindaian ultrasonografi pada semua ibu yang memiliki riwayat kelurga kembar
atau jika telah diberikan obat penyubur. Faktor faktor kemungkinan kehamilan
kembar berikut harus disadari oleh dokter sendiri.
· Uterus
besar untuk seusianya atau terdapat riwayat hidromnion akut ( memperberat 12%
dari kehamilan kembar).
· Ibu
menjelaskan bahwa gerakan janin terasa disemua bagian uterus.
· Perabaan
lebih dari dua kutub janin ( Kepala dan Bokong), kepala kecil pada uterus yang
besar atau bagian janin multipel.
· Deteksi
simultan pada denyut jantung janin dengan kecepayan yang berbeda 10 kali per
menit atau lebih.
· Persalinan
prematur dengan uterus lebih besar dari pada usia kehamilan. Kembar dua lima
kali lebih cenderung melahirkan janin prematur dibandingkan janin tunggal,
khususnya sebelum 32 minggu.
Jika
kehamilan multipel dicurigai pastikan
dengan pemindaian sonar. Kembar yang tidak terdiagnosis tidak akan terjadi jika
dilakukan program pemindaian ultrasonografi atenatal rutin. Korionitas harus
dinilai. Penggunaan ultrasonografi untuk pemindaian 100% akurat pada trimester
pertama dan 80-90% pada trimester kedua. (Buku Manual Persalinan Edisi 3
Hal:284)
5.
PRESENTASI PADA SAAT PELAHIRAN
Malpresentasi
atau malposisi khususnya pada kembar kdua sering terjadi sehngga insiden
pelahiran dengan bantuan atau operatif tinggi. Pada 75% kembar pertama dengan
presentasi verteks, tetapi presentasi abnormal terjadi lebih dari 50% kelahiran
kembar.
6.
FREKUENSI KOMBINASI PRESENTASI
· Varteks/Verteks-45%
· Verteks/bokong-25%
· Bokong/verteks-10%
· Bokong/bokong-9%
· Verteks/transversa-11%
· Bokong/tranversa-11%
· Transversa/transversa-11%
( Buku Manual
Persalinan Edisi 3 Hal : 285 )
7.
KOMPLIKASI KEHAMILAN DAN PELAHIRAN
KEMBAR
Pre-eklamsia
(20%), atonia uterus, anemia dan plasenta besar meningkatkan kemungkinan
perdarahan pasca melahirkan. Lakukan pencocokan silang dan siapkn persediaan
darah ketika ibu masuk keruang persalinan. Peningkatan angka abnormalitas
kongenital (Sebanyak dua kali dan termasuk kelainan jatung, atresia usus,defek
tuba neural), keterlambatan pertumbuhan intrauterus (30%) dan persalinan serta
pelahiran prematur (10% sebelum 34 minggu, 40%sebelum 37 minggu) turut berperan
terhadap mortaltas perinatal yang lebih tinggi 3-5%. Hingga tiga per empat
kehinilangan perinatal adalah karena pelahiran sebelum 34 minggu. Dibandingkan
dengan kehamilan janin tunggal serebral palpasi 8 kali lebih banyak pada kembar
2 dankembar 47 kali lebih banyak pada kembar 3.
8.
KEMBAR PERTAMA
Kembar
pertama memiliki mortalitas perinatal lebih tinggi dari pada kelahiran
tunggal kibat prematuritas,prolap tali
pusat,abnormalitas janin dan cedera lahir (2 kali dari angka janin tunggal)
9.
KEMBAR DUA
Dengan
adanya malposisi, malpresentasi,interval pelahiran yang lama, kemungkinan terlepasnya
plasenta dan kebutuhan untuk pelahiran operative pada kembar dua mengkibatkan
skor abgar lebih rendah. Mortalitas neontus, terutama karena trauma kelahiran,
dua kali lipat dari pada kembra pertama. Bahaya hipoksia mengakbatkan resiko
serebral palsi pada kembar kedua.Pada umumnya angka mortalitas perinatal kembar
adalah 4/5 kali lipat dari pada yang tunggal.resiko lahir mati antara 37 dan 42
minggu adalah 6-9 per 1000 kelahiran. Pelahiran pada usia 38 minggu danjurkan.
(
Buku Manual Persalinan Edisi 3 Hal : 285-286 )
PELAHIRAN PER VAGINAM ATAU SEKSIO
SESARIA
Tingginya
insiden prematuritas bersama dengan resiko hipoksia dan kerusakan pada kembar
kedua menunjukkan bahwa pelahiran per vaginam hanya aman jika kondisinya ideal.
Pengetahuan yang akurat tentang usia gestasi dan berat badan janin adalah
penting. Pemeriksaan ultrasonografi memberi peringatan tentang abnormalitas
janin. Pelvimetri tegak lateral atau MRI pelvis dianjurkan jika pengkajian
pelvi secara klinis menunjukkan penurunan diameter pelvis. Pada umumnya
pelahiran pervaginam lebih dipilih untuk presentasi varteks-vartek.
Pelahiran pervaginam dapat
dipertimbangkan jika :
· Tidak
ada komplikasi obstetri
· Pemantauan
dapat diandalkan pada denyut jantung kedua janin tercapai
· Usia
destasi 32 minggu atau berat badan janin 1500 gram atau lebih
Sectio
caesaria dapat dilakuakn jika :
· Terdapat
komplikasi obstetri atau adanya putih pertumbuhan intra uterus yag bruk,
khususnya pada kembar kedua
· Kembar
pertama berada pada presentasi bokong dan atau usia gestasikura kung dari 32
minggu
· Terdapat
presentasi yang abnormal pada kembar pertama
· Diameter
pelvi ibu mengecil
· Setelah
sectio caesaria sebelumnya.
Untuk
presentasi bokong pada kembar kedua, apabila telah disetuji oleh ibu setela
diberi penjelasan pelahiran per vaginam hanya dianjurkan bila kondisinya
memungkinkan dan terdapat dokter obstetri yang berpengalaan. Demikian juga
untuk kemar kedua non verteks, versipodalik internal yang diikuti dengan
ekstrasi bokong dianjurkan sebagai prosedur utama jika kondisinya memungkinkan.
Sectio caesarea elektif merupakan pilihan yang di putuskan dengan kesadaran.
(
Buku Manual Persalinan Edisi 3 Hal : 286-288 )
MASALAH KHUSUS
Kembar
Siam
Curigai
kondisi ini jika kedua janin selalu dalam tingkat penurunan dan presentasi yang
sama. Selama persalinan kembar siam dapa memunculkan kegagalan kemajuan
persalinan. Pemeriksaan radiologi aau pemindaian ultrasonografi akan membantu
penegakan diagnosis. Pelahiran dilakukan dengan menggunakan insisis abdomen
garis tengah dan sectio caesarea klasik.
Kembar
Kedua Yang Tidak Terdiagnosis
Oksitisik
mungkit telah diberikan sebelum diagnisis kehamilan kembar ditegakkan. Janin
dalam bahaya karena uterus berkontraksi dan suplay darah plasenta menurun.
Lakukan hal-hal berikut :
· Koreksi
letak dan pecahkan ketuban
· Forsep/
ventause untuk presenttasi forteks atau ekstrasi bokong merupakan cara
pelahoran yang paling cepat
· Jika
janin hidup dan terperangkap oleh serviks yang idak berdilatasi lahirkan dengan
sectio caesarea
· Jika
janin meninggal, ubah keletak longitudinal dan tunggu pelahiran pervaginam.
Kembar
Terkunci
Hal
ini terjadi jika kepala kembar pertama yang dilahirkan dengan presenntasi
bokong terhambat oleh kepala kembar kedua dalam menuruni pelvis. Jika kepala
janin tidak dapat dikeluarkan lahirkan dengan sectio caesarea klasik.
Dekapitasi kembar pertama yang meninggal dapat dipertimbangkan. Kondisi ini
dapat dihindari jika semua kembar pertama dalam presentasi bokong dilahirkan
dengan sectio caesarea elektif
Kembar
Tiga Dan Multipel yang lebih banyak
Peningkatan
resiko prematuritas janin, hopiksia dan trauma dengan pelahiran manipulatif
mendukung penggunaaan sectio caesarea untuk semua pelahiran. Plasenta menutupi
sebagian besar uterus, sehingga kerusakan plasenta selama insisi uterus
cenderung terjadi akibat kehilangan darah janin.siapkan darah O negatif untuk
mengantisipasi perlunya transfusi janin.dibandingkan dengan kehamilan
tunggalangka morbiditas dan mortalitas perinatal, berat badab lahir rendah, dan
cerebral palsi lebih meningkat.
Kematian
Antepartum Salah Satu Janin Kembar
Kondisi
ini dapat terjadi seperti syndrom tranfusi kembar dua-dua. Kembar yang bertahan
dapat menderita lesi cerebral dan renal dan beresiko mengalami kematian intra
uterus. Berika harapan dan dukungan kepada orang tua untuk mengatasi duka
terhadap kehilangan salah satu anak kembarny. Orang tua harus mengetahui
komplikasi janin apat muncul sebelum pelahiran.
(
Buku Manual Persalinan Edisi 3 Hal : 289 )
Bab
iii
penutup
a. Kesimpulan
Ada bayak
mekanisme persalinan. Ada persalinan fisiologis dan pathologis yang dialami
setiap wanita. Persalinan pada setiap wanita memiliki banyak perbedaan
khususnya pada wanita yang mengalami persalinan bermasalah atau pathologis
contohnya letak sungsang, letak muka, letak bokong, dan gemeli. Tetapi setiap
masalah persalinan dapat ditangani oleh tenaga kesehatan. Setiap masalah
persalinan ada penatalaksanaan sendiri sehingga setiap persalinan dapat
ditangani oleh tenaga kesehatan.
b. KRITIK DAN saran
Semoga
makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca dan apabila ada kekurangan, kami
mohon saran dan kritik membangun sehingga dapat kami tingkatkan dikemudian
hari. Terima kasih.
Daftar
pustaka
Buku
Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu Dini Hal : 55 – 63
Buku
Manual Persalinan Edisi 3 Hal : 283 – 289
Buku
Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2