Makalah
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Disusun oleh :
Anita Della AP Ina Cahyani
Naimatul Husniah Clariza Florensia
Eka Herin Priyanti Amalia Rizky
DitaSaraswati Ria Nur Azizah
Choiro Nur’Aini Alfina Nur Faizah
Nurul Karimah Debby Faradilla
Elisabeth Prasetya Novita Puput Candra
Linda Wahyu Diah Hardianti
Ina Dwita Irmatus Sayida
Naimatul Husniah Clariza Florensia
Eka Herin Priyanti Amalia Rizky
DitaSaraswati Ria Nur Azizah
Choiro Nur’Aini Alfina Nur Faizah
Nurul Karimah Debby Faradilla
Elisabeth Prasetya Novita Puput Candra
Linda Wahyu Diah Hardianti
Ina Dwita Irmatus Sayida
1A D3 Kebidanan
Kampus
a stikes DIAN HUSADA MOJOKERTO
2013 –
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Pemberdayaan Masyarakat ” ini
dengan tepat waktu.
Kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, dan
juga kepada sumber-sumber yang digunakan untuk menunjang penyelesaian makalah
ini. Tidak lupa juga ucapan terima kasih kepada seluruh anggota kelompok yang
telah bekerja sama dalam penyelesaian makalah ini.
Demikianlah makalah yang telah kami
selesaikan. Tiada gading yang tak retak, begitu pula makalah ini yang tak luput
dari kekurangan. Kritik dan saran sangat kami harapkan untuk menunjang
keberhasilan dari makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Mojokerto,
13 April 2013
Penyusun
BAB i
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
PENGERTIAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Gerakan pemberdayaan (empowerment)
adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan
mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran
tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge),
dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).
Gerakan pemberdayaan masyarakat juga
merupakan cara untuk menumbuhkan dan mengembangkan norma yang membuat
masyarakat mampu untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Strategi ini
tepatnya ditujukan pada sasaran primer agar berperan serta secara aktif.
Gerakan pemberdayaan masyarakat
merupakan suatu upaya dalam peningkatan kemampuan masyarakat guna mengangkat
harkat hidup, martabat dan derajat kesehatannya. Peningkatan keberdayaan
berarti peningkatan kemampuan dan kemandirian masyarakat agar dapat
mengembangkan diri dan memperkuat sumber daya yang dimiliki untuk mencapai
kemajuan.
Para ilmuwan sosial dalam memberikan
pengertian pemberdayaan mempunyai rumusan yang berbeda-beda dalam berbagai
konteks dan bidang kajian, artinya belum ada definisi yang tegas mengenai
konsep tersebut. Namun demikian, bila dilihat secara lebih luas, pemberdayaan
sering disamakan dengan perolehan daya, kemampuan dan akses terhadap sumber
daya untuk memenuhi kebutuhannya.
Oleh karena itu, agar dapat memahami
secara mendalam tentang pengertian pemberdayaan maka perlu mengkaji beberapa
pendapat para ilmuwan yang memiliki komitmen terhadap pemberdayaan
masyarakat.
Robinson (1994) menjelaskan bahwa
pemberdayaan adalah suatu proses pribadi dan sosial; suatu pembebasan kemampuan
pribadi, kompetensi, kreatifitas dan kebebasan bertindak. Sedangkan Ife (1995)
mengemukakan bahwa pemberdayaan mengacu pada kata “empowerment,” yang berarti
memberi daya, memberi ”power” (kuasa), kekuatan, kepada pihak yang kurang
berdaya.
Payne (1997) menjelaskan bahwa
pemberdayaan pada hakekatnya bertujuan untuk membantu klien mendapatkan daya,
kekuatan dan kemampuan untuk mengambil keputusan dan tindakan yang akan
dilakukan dan berhubungan dengan diri klien tersebut, termasuk mengurangi
kendala pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan.. Orang-orang yang telah
mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan
“keharusan” untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi
pengetahuan, ketrampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan
tanpa tergantung pada pertolongan dari hubungan eksternal.
1.2
METODE GERAKAN PEMBERDAYAAN
Pengorganisasian masyarakat sebagai
salah satu metode pemberdayaan masyarakat yang bersifat komprehensif perlu
dikembangkan di desa-desa/kelurahan-kelurahan/nagari-nagari secara bertahap.
Pendekatan yang dilakukan adalah
melalui pengembangan daerah-daerah percontohan sesuai dengan program kesehatan
yang didukung (misalnya Desa Siaga untuk KIA). Daerah-daerah Percontohan
ini selain dapat digunakan sebagai alat untuk advokasi guna replikasinya ke
daerah-daerah (desa-desa/kelurahan-kelurahan/nagari-nagari lain), juga dapat
digunakan sebagai lahan kerja lapangan dalam pelatihan petugas.
Sebelum petugas kesehatan melakukan
upaya pemberdayaan di masyarakat, terlebih dahulu dilakukan upaya pemberdayaan
petugas kesehatan. Metode yang paling efektif untuk pemberdayaan petugas adalah
pelatihan yang dilaksanakan secara berselang-seling antara kegiatan di kelas
dan kegiatan di lapangan (interrupted training). Dengan interrupted
training sekaligus dapat diperoleh dua hasil, yaitu petugas-petugas yang
terampil dan adanya daerah percontohan.
Pelatihan semacam ini dapat
diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota terhadap petugas-petugas
promosi kesehatan di Puskesmas wilayah kerjanya, atau oleh Dinas Kesehatan
Provinsi terhadap petugas-petugas promosi kesehatan Kabupaten/Kota dan
Puskesmas di wilayah kerjanya.
Untuk memberikan gambaran yang lebih
jelas tentang interrupted training, berikut ini disajikan contoh
pelaksanaan-nya di bidang KIA.
1.3
PROSES PEMBERDAYAAN
Pranarka & Vidhyandika (1996)
menjelaskan bahwa ”proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan. Pertama,
proses pemberdayaan yang mene-kankan pada proses memberikan atau mengalihkan
sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu
lebih berdaya.Kecenderungan pertama tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan
primer dari makna pemberdayaan. Sedangkan kecenderungan kedua atau
kecenderungansekunder menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau
memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan
apayang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog”.
Sumardjo (1999) menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya yaitu:
Sumardjo (1999) menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya yaitu:
- Mampu memahami diri dan potensinya,mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi perubahan ke depan)
- Mampu mengarahkan dirinya sendiri
- Memiliki kekuatan untuk berunding
- Emiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama yang saling menguntungkan, dan
- Bertanggungjawab atas tindakannya.
Slamet (2003) menjelaskan lebih
rinci bahwa yang dimaksud denganmasyarakat berdaya adalah masyarakat yang tahu,
mengerti, faham termotivasi,berkesempatan, memanfaatkan peluang, berenergi,
mampu bekerjasama, tahu berbagai alternative, mampu mengambil keputusan, berani
mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap informasi dan mampu bertindak
sesuai dengansituasi. Proses pemberdayaan yang melahirkan masyarakat yang
memiliki sifat seperti yang diharapkan harus dilakukan secara berkesinambungan
dengan mengoptimalkan partisipasi masyarakat secara bertanggungjawab.
1.4
TUJUAN DAN TAHAPAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Jamasy (2004) mengemukakan bahwa
konsekuensi dan tanggungjawab utama dalam program pembangunan melalui
pendekatan pe mberdayaan adalah masyarakat berdaya atau memiliki daya, kekuatan
atau kemampuan. Kekuatan yang dimaksud dapat dilihat dari aspek fisik dan
material, ekonomi, kelembagaan, kerjasama, kekuatan intelektual dan komitmen
bersama dalam menerapkan prinsip-prinsip pemberdayaan.
Terkait dengan tujuan pemberdayaan,
Sulistiyani (2004) menjelaskan bahwa tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk
membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut
meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka
lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh
masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan sertamelakukan
sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi
dengan mempergunakan daya/kemampuan yang dimiliki.
Daya kemampuan yang dimaksud adalah
kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik dan afektif serta sumber daya lainnya
yang bersifat fisik/material. Kondisi kognitif pada hakikatnya merupakan
kemampuan berpikir yang dilandasi oleh pengetahuan dan wawasan seseorang dalam
rangka mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Kondisi konatif merupakan
suatu sikap perilaku masyarakat yang terbentuk dan diarahkan pada perilaku yang
sensitif terhadap nilai-nilai pemberdayaan masyarakat. Kondisi afektif adalah
merupakan perasaan yang dimiliki oleh individu yang diharapkan dapat
diintervensi untuk mencapai keberdayaan dalam sikap dan perilaku. Kemampuan
psikomotorik merupakan kecakapan keterampilan yang dimiliki masyarakat sebagai
upaya mendukung masyarakat dalam rangka melaku-kan aktivitas pembangunan. Pemberdayaan Masyarakat
1.5
KUNCI KEBERHASILAN GERAKAN PEMBERDAYAAN
Pemberdayaan akan lebih berhasil
jika dilaksanakan melalui kemitraan serta menggunakan metode dan teknik yang
tepat. Pada saat ini banyak dijumpai Lembaga-lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
yang bergerak di bidang kesehatan atau peduli terhadap kesehatan. LSM ini harus
digalang kerjasamanya, baik di antara mereka maupun antara mereka dengan
pemerintah, agar upaya pember-dayaan masyarakat dapat berdayaguna dan
berhasilguna. Setelah itu, sesuai dengan ciri-ciri sasaran serta situasi dan
kondisi, lalu ditetapkan, diadakan dan digunakanlah metode dan sarana
komunikasi yang tepat.
Kunci keberhasilan gerakan
pemberdayaan adalah membuat orang tersebut memahami bahwa sesuatu (misalnya
diare) adalah masalah baginya dan bagi masyarakatnya. Sepanjang orang yang
bersangkutan belum mengetahui dan menyadari bahwa sesuatu itu merupakan
masalah, maka orang tersebut tidak akan bersedia menerima informasi apa pun
lebih lanjut. Manakala ia telah menyadari masalah yang diha-dapinya, maka
kepadanya harus diberikan informasi umum lebih lanjut tentang masalah yang
bersangkutan.
Perubahan dari tahu ke mau pada
umumnya dicapai dengan menyajikan fakta-fakta dan mendramatisasi masa-lah.
Tetapi selain itu juga dengan mengajukan harapan bahwa masalah tersebut bisa
dicegah dan atau diatasi. Di sini dapat dikemukakan fakta yang berkaitan dengan
para tokoh masyarakat sebagai panutan (misalnya tentang seo-rang tokoh agama
yang dia sendiri dan keluarganya tak per-nah terserang diare karena perilaku
yang dipraktikannya).
Bilamana sasaran sudah akan
berpindah dari mau ke mampu melaksanakan, boleh jadi akan terkendala oleh
dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan
langsung, tetapi yang seringkali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke
dalam proses pengorganisasian masyarakat (community organization) atau
pembangunan masyarakat (community development). Untuk itu, sejumlah
individu yang telah mau, dihimpun dalam suatu kelompok untuk bekerjasama
memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun masih juga
memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari dermawan). Di
sinilah letak pentingya sinkronisasi promosi kesehatan dengan program kesehatan
yang didukungnya. Hal-hal yang akan diberikan kepada masya-rakat oleh program
kesehatan sebagai bantuan, hendaknya disampaikan pada fase ini, bukan
sebelumnya. Bantuan itu hendaknya juga sesuai dengan apa yang dibutuhkan
masyarakat.
1.6
KEGIATAN GERAKAN PEMBERDAYAAN
Dalam melaksanakan gerakan
pemberdayaan masyarakat perlu memperhatikan kondisi, situasi, khususnya sosial
budaya masyarakat setempat serta karateristik masyarakat setempat yang dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
a) Masyarakat
pembina ( Caring Community )
Yaitu masyarakat yang peduli
kesehatan misalnya : LSM kesehatan, organisasi profesi yang bergerak dibidang
kesehatan.
b) Masyarakat
setara ( Coping Community )
Yaitu masyarakat yang karena
kondisinya kurang memadai sehingga tidak dapat memelihara kesehatannya.
Misalnya seorang ibu sadar akan pentingnya memeriksakan kehamilan, tetapi
karena keterbatasan ekonomi dan tidak adanya transportasi ibu tidak pergi ke
sarana pelayanan kesehatan.
c) Masyarakat
pemula ( Crisis Response Community)
Yaitu masyarakat yang tidak tahu
akan pentingnya kesehatan dan belum didukung oleh fasilitas yang
tersedia. Misalnya masyarakat dilingkungan kumuh dan daerah terpencil
1.7
CARA PENDEKATAN GERAKAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
a) Makro:
·
Membangun
komitmen disetiap jenjang
·
Mengembangkan
masyarakat (critical mass)
·
menyediakan
petujuk pelaksnaan dan biaya operasional
·
monitoring
dan evaluasi serta koordinasi
b) Mikro :
·
Menggali
potensi yang belum disadari masyarakat. Potensi dapat muncul dari adanya
kebutuhan masyarakat(demand creation) yang diperoleh melalui pengarahan,
pemberian masukan, dialog, kerjasama dan pendelegasian.
·
Membuat
model model percontohan dan prototipe pengembangan masyarakat, seperti
menerapkan pendekatan edukatif dan manajemen ARRIF (Analisis, Rumusan,Rencana,
Intervensi, Forum komunikasi)
·
Beberapa
tolok ukur keberhasilan gerakan masyarakat dapat disebutkan antara lain :
peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, peningkatan kampnye kesehatan oleh
masyarakat dan peningkatan dana sehat /JPKM
1.8
KEGIATAN POKOK GERAKAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Melakukan KIE, kampanye dan kegiatan
gerakan pemberdayaan masyarakat di bidang upaya pelayanan kesehatan yang
bertujuan untuk meningkatkan kemandirian individu, keluarga dan masyarakat
dalam memelihara, mengatasi serta meningkatkan kesehatannya
Mengembangkan, mengadakan serta
mendistribusikan media KIE untuk mendukung kegiatan gerakan pemberdayaan
masyarakat di bidang upaya pelayanan kesehatan. Melakukan kegiatan fasilitasi,
bimbingan teknis atau asistensi terhadap pelaksanaan kegiatan PHBS di
masyarakat. Bersama dengan masyarakat melakukan kegiatan pendekatan edukatif
atau penerapan konsep PKMD penghargaan (insentif), serta peningkatan ekonomi
produktif ( income generating). Melakukan pemantauan dan penilaian
kegiatan gerakan pemberdayaan masyarakat di bidang upaya pelayanan kesehatan.
1.9
JENIS KEGIATAN GERAKAN PEMBERDAYAAN
- Pemberdayaan Individu
Pemberdayaan individu dilakukan oleh
setiap petugas institusi kesehatan terhadap individu-individu yang datang
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Selain itu juga terhadap individu-individu
yang menjadi sasaran kunjungan (misal-nya dalam upaya keperawatan kesehatan
masyarakat atau usaha kesehatan sekolah).
Tujuan dilakukannya pemberdayaan
individu terutama adalah untuk memperkenalkan perilaku baru kepada individu
(yang mungkin juga merupakan pengganti dari peri-laku yang selama ini
dipraktikkan oleh individu tersebut). Misalnya saja perilaku menimbang balita
secara berkala untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan balita. Perilaku
ini dapat diperkenalkan kepada individu-individu ibu yang membawa balitanya
berobat ke Puskesmas. Kepada setiap ibu, setelah selesai diberi pelayanan
pengobatan untuk balitanya, dapat disampaikan informasi tentang manfaat
menimbang balita secara berkala, bagaimana mencatat dan menggunakan catatan
(yaitu KMS), dan di mana si ibu dapat melakukan penimbangan yang dimaksud
(yaitu di Posyandu).
Ibu yang dikunjungi ke rumahnya,
mungkin karena berhenti memeriksakan kandungannya ke Puskesmas, padahal
seharusnya masih harus melakukan hal itu (drop out). Atau karena
sebab-sebab lain.
Seorang Bapak yang dikunjungi ke
rumahnya, mungkin karena yang bersangkutan tidak memberikan kabar sepulang dari
konsultasi tentang jamban. Atau tidak datang mengambil obat TBC ke Puskesmas.
Atau karena sebab-sebab lain.
Murid sekolah atau madrasah atau
santri pesantren yang ditangani secara individu, mungkin karena menderita
karies gigi atau gizi kurang, atau masalah kesehatan lain. Saat kunjungan ini
dilakukan proses Pemberdayaan sesuai dengan masalah yang dihadapi.
Metode yang digunakan dalam hal ini
dapat berupa pilihan atau kombinasi dari: dialog, demonstrasi, konseling, dan
bimbingan.
Media komunikasi yang digunakan
dapat berupa pilihan atau kombinasi dari: lembar balik, gambar/ foto, dan
skema, atau media lain yang mudah digunakan dan dibawa (jika dipakai
kunjungan).
- Pemberdayaan Keluarga
Pemberdayaan keluarga dilakukan oleh
petugas intitusi kesehatan yang melaksanakan kunjungan rumah terhadap keluarga.
Yaitu keluarga dari individu
pengunjung Puskesmas, atau keluarga-keluarga lain yang berada di wilayah kerja
Puskesmas.
Tujuan dilakukannya pemberdayaan
keluarga adalah untuk memperkenalkan perilaku baru (yang mungkin sebagai
pengganti dari perilaku yang selama ini dipraktikkan keluarga tersebut).
Misalnya buang air besar di jamban, mengonsumsi garam beryodium, memelihara
taman obat keluarga, menguras bak mandi-menutup persediaan air-mengubur
benda-benda buangan yang dapat menahan/menampung air (3M), mengonsumsi makanan
berserat.
Pada saat kunjungan rumah ini semua
anggota keluarga dikumpulkan dan diberikan informasi berkaitan dengan perilaku
yang diperkenalkan. Pemberian informasi dilakukan secara sistematis sehingga
anggota-anggota keluarga itu bergerak dari tidak tahu ke tahu, dan dari tahu ke
mau. Bila sarana untuk melaksanakan perilaku yang bersangkutan tersedia,
diharapkan juga sampai tercapai fase mampu melaksanakan (misalnya: mencuci
tangan pakai sabun, BAB di jamban, minum air yang matang, dll).
Metode yang digunakan dapat berupa
salah satu atau kombinasi dari: dialog, demonstrasi, diskusi kelompok terarah,
dan bimbingan.
Media komunikasi yang digunakan juga
dapat berupa pilihan atau kombinasi dari: poster, lembar balik, gambar/foto,
dan skema, atau media lain yang mudah digunakan dan dibawa.
- Pemberdayaan Masyarakat Umum
Gerakan pemberdayaan juga dapat
dilakukan terhadap sekelompok individu anggota masyarakat, melalui upaya
penggerakan atau pengorganisasian masyarakat (community
organization/community development).
Sasarannya dapat berupa orang
dewasa, dapat juga murid-murid sekolah atau santri-santri. Salah satu hasil
dari upaya ini dapat berujud upaya-upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM)
seperti Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pondok Bersalin Desa (Polindes), Bina
Keluarga Balita (BKB), Warung Obat Desa (WOD), Panti Pemulihan Gizi, Dokter
Kecil, Saka Bhakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren), Kelompok
Pemakai Air (Pokmair), Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan, Posyandu Usila,
Panti Wreda, Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK), Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa
Masyarakat (TPKJM), Taman Obat Keluarga (Toga), Dana Sehat, Tabungan Ibu
Bersalin (Tabulin), dan lain-lain. Melalui metode yang sama (yaitu
pengorganisasian masyarakat) dapat pula dibentuk Badan Penyantun Puskesmas
(BPP). Yaitu suatu badan yang menghimpun berbagai potensi masyarakat seperti
tokoh masyarakat, LSM, dan dunia usaha, yang berperan sebagai mitra Puskesmas
dalam pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan.
Penggerakan atau pengorganisasian
masyarakat diawali dengan membantu kelompok masyarakat tertentu untuk mengubah
masalah yang dihadapi individu-individu menjadi masalah bersama. Setelah itu,
lalu dirumuskan upaya bersama yang dapat dilaksanakan oleh kelompok untuk
mengatasi masalah tersebut. Tidak jarang, untuk lebih meyakinkan kelompok dan
dalam rangka perencanaan yang baik dalam mengatasi masalah, kelompok dibantu
untuk melakukan survei sederhana (Community Self Survey atau CSS).
Dalam pelaksanaan pemecahan masalah,
petugas kesehatan memberikan bantuan teknis dan sebaiknya juga material seperti
obat, KMS, dan lain-lain. Jika petugas kesehatan tidak mampu memberikan bantuan
material, kiranya, bekerja-sama dengan mitra potensial terkait.
- Gerakan pemberdayaan di Rumah Sakit
- Pemberdayaan Individu Pasien
Terdapat tiga kategori pasien, yaitu
(1) pasien yang sedang sakit akut, (2) pasien yang dalam penyembuhan, dan (3)
pasien dengan penyakit kronis. Selama pasien sakit akut, semua perhatian dan
tenaga pasien serta petugas kesehatan dipusatkan pada upaya untuk menyelamatkan
pasien dari ancaman maut dan dari penderitaan. Suasana seperti ini tidak tepat
untuk melakukan promosi kesehatan. Namun petugas kesehatan sudah dapat mulai
merencanakan upaya Pemberdayaan yang nanti akan dilakukannya. Pada saat pasien
sudah memasuki masa penyembuhan, umumnya ia sangat ingin mengetahui seluk-beluk
tentang penyakitnya. Walaupun tidak tertutup kemungkinan adanya pasien yang
acuh-tak acuh karena mereka sudah terbebas dari penya-kitnya. Bagi pasien yang
seperti ini, Pemberdayaan memang harus dimulai dari awal, yaitu dari
menciptakan kesadaran akan adanya masalah. Adapun pasien dengan penyakit kronis
dapat menunjukkan reaksi yang berbeda-beda seperti misalnya agresif, apatis,
atau menarik diri. Hal ini karena penyakit kronis umumnya memberikan pengaruh
fisik dan kejiwaan serta dampak sosial ekonomi kepada penderita-nya. Kepada
pasien yang seperti ini, kesabaran dari petugas kesehatan sungguh sangat
diharapkan, khususnya dalam pelaksanaan promosi kesehatan atau Pemberdayaan.
Tujuan pemberdayaan terhadap
individu-individu pasien adalah agar yang bersangkutan:
- Mengembangkan pengertian dan sikap tentang penyakit yang dideritanya, sehingga tahu apa yang harus dilakukan dan kemudian terdorong untuk:
- Membantu mempercepat penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatannya. Misalnya dengan selalu mengikuti secara tekun anjuran petugas kesehatan Rumah Sakit dalam pengobatan penyakitnya.
- Mencegah terserang kembali oleh penyakit yang sedang dideritanya.
- Mencegah terjadinya penularan penyakitnya kepada orang lain.
- Memberi penjelasan (penyuluhan) kepada orang lain agar tidak terserang oleh penyakit yang sedang dideritanya.
- Mengembangkan pengertian dan sikap tentang peman-faatan sarana kesehatan secara benar (sesuai dengan kaidah rujukan). Yaitu jika sakit sebaiknya tidak lang-sung ke Rumah Sakit, melainkan ke Puskesmas terdekat terlebih dulu. Selanjutnya, Puskesmaslah yang akan menentukan apakah ia perlu dikirim ke Rumah Sakit atau tidak.
Metode yang digunakan dalam hal ini
dapat berupa pi-lihan atau kombinasi dari: dialog, demonstrasi, konseling, dan
bimbingan, yang dilakukan di samping tempat tidur pasien (bedside health
promotion). Bagi pasien-pasien yang sudah hampir sembuh, metode-metode yang
dipilih dapat dilakukan secara berkelompok dalam satu ruangan. Media komunikasi
yang digunakan dapat berupa pilihan atau kombinasi dari: lembar balik,
gambar/foto, dan skema, atau media lain yang mudah digunakan dan dibawa (bila
digunakan untuk bedside health promotion).
- Pemberdayaan Keluarga/Kelompok
Pemberdayaan terhadap
keluarga/kelompok ditujukan untuk mengembangkan pengertian dan kemauan guna
mendukung pasien dalam bentuk:
- Dukungan moral dan atau material dalam penyem-buhan penyakit.
- Upaya mencegah agar penyakit yang diderita pasien tidak menular kepada orang lain.
- Upaya mencegah agar jika pasien sudah sembuh tidak terserang kembali oleh penyakit yang sama.
Jadi pemberdayaan keluarga/kelompok
yang dilakukan di Rumah Sakit ini dapat pula disebut sebagai Bina Suasana di
lingkungan Rumah Sakit. Pemberdayaan keluarga/kelompok di Rumah Sakit biasanya
dilakukan sebelum atau sesudah keluarga/kelompok itu menjenguk pasien. Yaitu
dengan jalan mengelompokan serta mengumpulkan mereka dalam ruangan-ruangan,
sesuai dengan penyakit pasien yang dijenguknya.
Metode yang digunakan dapat berupa
salah satu atau kombinasi dari: dialog, demonstrasi, diskusi dan bimbingan.
Media komunikasi yang digunakan juga
dapat berupa pilihan atau kombinasi dari: slide, radio spot, poster,
gambar/foto, dan skema, atau media lain.
1.10
PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pengembangan dilakukan apabila
kegiatan di wilayah uji coba telah seperti yang diharapkan, maka perlu
dilakukan kegiatan perluasan atau pengembangan ke daerah terutama di wilayah
sekitarnya. Kegiatan yang dilakukan adalah:
- Pertama-tama wilayah uji coba menyiapkan dokumentasi kegiatan serta hasil yang diperoleh
- Selanjutnya mengundang tokoh masyarakat yang ada di wilayah sekitar daerah uji coba untuk mengikuti pertemuan serta melakukan peninjauan di wilayah yang sudah berhasil. Pada acara pertemuan para tamu ditunjukkan dokumentasi (slide, film atau foto) yang telah berhasil beserta gambaran proses kegiatannya.
- Pada akhir pertemuan atau kunjungan dilakukan pembahasan kemungkinan menerapkan kegiatan serupa di wilayah sekitarnya.
- Pengembangan kegiatan pemberdayaan ada dua macam yaitu: pengembangan daerah dan pengembangan program.
- Dalam pengembangan kegiatan ke daerah lain harus dicegah adanya “penjiplakan”, namun harus berdasarkan kebutuhan, kemampuan serta karakteristik wilayah tersebut.
Penutup
KESIMPULAN
Dalam melakukan gerakan pemberdayaan
terlebih dahulu kegiatan harus difokuskan pada upaya pemberdayaan petugas agar
siap dan mampu berperan secara tepat dalam membangun masyarakat.
Mengembangkan masyarakat itu sendiri
agar siap dan mampu berpartisipasi, memecahkan masalah yang dihadapinya secara
mandiri.
Setelah kegiatan di masyarakat
berlangsung, tidak berarti pemberdayaan petugas sudah berakhir, namun interaksi
timbal balik antara petugas dan masyarakat masih terus berlangsung.
Artinya, masih banyak tatangan maupun permasalahan yang bervariasi harus
dihadapi oleh petugas dalam melestarikan maupun mengembangkan kegiatan yang
telah dibangun. Untuk itu proses pemberdayaan petugas harus terus dilakukan,
sehingga tetap semangat dan mampu berperan dengan tepat dalam membantu masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar