Senin, 10 Februari 2014

Pemberdayaan Masyarakat


Makalah
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
logo dian husada.gif






Disusun oleh :
Anita Della AP                                  Ina Cahyani
Naimatul Husniah                             Clariza Florensia
Eka Herin Priyanti                             Amalia Rizky
DitaSaraswati                                   Ria Nur Azizah
Choiro Nur’Aini                                 Alfina Nur Faizah
Nurul Karimah                                  Debby Faradilla
Elisabeth Prasetya Novita                  Puput Candra
Linda Wahyu                                     Diah Hardianti
Ina Dwita                                         Irmatus Sayida
1A D3 Kebidanan

Kampus a stikes DIAN HUSADA MOJOKERTO
2013 – 2014
KATA PENGANTAR
            Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Pemberdayaan Masyarakat ” ini dengan tepat waktu.
            Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, dan juga kepada sumber-sumber yang digunakan untuk menunjang penyelesaian makalah ini. Tidak lupa juga ucapan terima kasih kepada seluruh anggota kelompok yang telah bekerja sama dalam penyelesaian makalah ini.
            Demikianlah makalah yang telah kami selesaikan. Tiada gading yang tak retak, begitu pula makalah ini yang tak luput dari kekurangan. Kritik dan saran sangat kami harapkan untuk menunjang keberhasilan dari makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.



                                                                                                Mojokerto, 13 April 2013


                                                                                                               Penyusun







BAB i
PENDAHULUAN
1.1    PENGERTIAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Gerakan pemberdayaan (empowerment) adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).
Gerakan pemberdayaan masyarakat juga merupakan cara untuk menumbuhkan dan mengembangkan norma yang membuat masyarakat mampu untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Strategi ini tepatnya ditujukan pada sasaran primer agar berperan serta secara aktif.
Gerakan pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam peningkatan kemampuan masyarakat guna mengangkat harkat hidup, martabat dan derajat kesehatannya. Peningkatan keberdayaan berarti peningkatan kemampuan dan kemandirian masyarakat agar dapat mengembangkan diri dan memperkuat sumber daya yang dimiliki untuk mencapai kemajuan.
Para ilmuwan sosial dalam memberikan pengertian pemberdayaan mempunyai rumusan yang berbeda-beda dalam berbagai konteks dan bidang kajian, artinya belum ada definisi yang tegas mengenai konsep tersebut. Namun demikian, bila dilihat secara lebih luas, pemberdayaan sering disamakan dengan perolehan daya, kemampuan dan akses terhadap sumber daya untuk memenuhi kebutuhannya. 
Oleh karena itu, agar dapat memahami secara mendalam tentang pengertian pemberdayaan maka perlu mengkaji beberapa pendapat para ilmuwan yang memiliki komitmen terhadap pemberdayaan masyarakat. 
Robinson (1994) menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses pribadi dan sosial; suatu pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas dan kebebasan bertindak. Sedangkan Ife (1995) mengemukakan bahwa pemberdayaan mengacu pada kata “empowerment,” yang berarti memberi daya, memberi ”power” (kuasa), kekuatan, kepada pihak yang kurang berdaya. 
Payne (1997) menjelaskan bahwa pemberdayaan pada hakekatnya bertujuan untuk membantu klien mendapatkan daya, kekuatan dan kemampuan untuk mengambil keputusan dan tindakan yang akan dilakukan dan berhubungan dengan diri klien tersebut, termasuk mengurangi kendala pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan.. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan “keharusan” untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, ketrampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan tanpa tergantung pada pertolongan dari hubungan eksternal. 
1.2    METODE GERAKAN PEMBERDAYAAN
Pengorganisasian masyarakat sebagai salah satu metode pemberdayaan masyarakat yang bersifat komprehensif perlu dikembangkan di desa-desa/kelurahan-kelurahan/nagari-nagari secara bertahap.
Pendekatan yang dilakukan adalah melalui pengembangan daerah-daerah percontohan sesuai dengan program kesehatan yang didukung (misalnya Desa Siaga untuk KIA).  Daerah-daerah Percontohan ini selain dapat digunakan sebagai alat untuk advokasi guna replikasinya ke daerah-daerah (desa-desa/kelurahan-kelurahan/nagari-nagari lain), juga dapat digunakan sebagai lahan kerja lapangan dalam pelatihan petugas.
Sebelum petugas kesehatan melakukan upaya pemberdayaan di masyarakat, terlebih dahulu dilakukan upaya pemberdayaan petugas kesehatan. Metode yang paling efektif untuk pemberdayaan petugas adalah pelatihan yang dilaksanakan secara berselang-seling antara kegiatan di kelas dan kegiatan di lapangan (interrupted training). Dengan interrupted training sekaligus dapat diperoleh dua hasil, yaitu petugas-petugas yang terampil dan adanya daerah percontohan.
Pelatihan semacam ini dapat diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota terhadap petugas-petugas promosi kesehatan di Puskesmas wilayah kerjanya, atau oleh Dinas Kesehatan Provinsi terhadap petugas-petugas promosi kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas di wilayah kerjanya.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang interrupted training, berikut ini disajikan contoh pelaksanaan-nya di bidang KIA.

1.3    PROSES PEMBERDAYAAN
Pranarka & Vidhyandika (1996) menjelaskan bahwa ”proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan yang mene-kankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu lebih berdaya.Kecenderungan pertama tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan. Sedangkan kecenderungan kedua atau kecenderungansekunder menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apayang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog”.
Sumardjo (1999) menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya yaitu:  
  1. Mampu memahami diri dan potensinya,mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi perubahan ke depan)
  2. Mampu mengarahkan dirinya sendiri
  3. Memiliki kekuatan untuk berunding
  4. Emiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama yang saling menguntungkan, dan 
  5. Bertanggungjawab atas tindakannya.
Slamet (2003) menjelaskan lebih rinci bahwa yang dimaksud denganmasyarakat berdaya adalah masyarakat yang tahu, mengerti, faham termotivasi,berkesempatan, memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu berbagai alternative, mampu mengambil keputusan, berani mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap informasi dan mampu bertindak sesuai dengansituasi. Proses pemberdayaan yang melahirkan masyarakat yang memiliki sifat seperti yang diharapkan harus dilakukan secara berkesinambungan dengan mengoptimalkan partisipasi masyarakat secara bertanggungjawab.
1.4    TUJUAN DAN TAHAPAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Jamasy (2004) mengemukakan bahwa konsekuensi dan tanggungjawab utama dalam program pembangunan melalui pendekatan pe mberdayaan adalah masyarakat berdaya atau memiliki daya, kekuatan atau kemampuan. Kekuatan yang dimaksud dapat dilihat dari aspek fisik dan material, ekonomi, kelembagaan, kerjasama, kekuatan intelektual dan komitmen bersama dalam menerapkan prinsip-prinsip pemberdayaan.
Terkait dengan tujuan pemberdayaan, Sulistiyani (2004) menjelaskan bahwa tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan sertamelakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya/kemampuan yang dimiliki.
Daya kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik dan afektif serta sumber daya lainnya yang bersifat fisik/material. Kondisi kognitif pada hakikatnya merupakan kemampuan berpikir yang dilandasi oleh pengetahuan dan wawasan seseorang dalam rangka mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Kondisi konatif merupakan suatu sikap perilaku masyarakat yang terbentuk dan diarahkan pada perilaku yang sensitif terhadap nilai-nilai pemberdayaan masyarakat. Kondisi afektif adalah merupakan perasaan yang dimiliki oleh individu yang diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai keberdayaan dalam sikap dan perilaku. Kemampuan psikomotorik merupakan kecakapan keterampilan yang dimiliki masyarakat sebagai upaya mendukung masyarakat dalam rangka melaku-kan aktivitas pembangunan. Pemberdayaan Masyarakat
1.5    KUNCI KEBERHASILAN GERAKAN PEMBERDAYAAN
Pemberdayaan akan lebih berhasil jika dilaksanakan melalui kemitraan serta menggunakan metode dan teknik yang tepat. Pada saat ini banyak dijumpai Lembaga-lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang kesehatan atau peduli terhadap kesehatan. LSM ini harus digalang kerjasamanya, baik di antara mereka maupun antara mereka dengan pemerintah, agar upaya pember-dayaan masyarakat dapat berdayaguna dan berhasilguna. Setelah itu, sesuai dengan ciri-ciri sasaran serta situasi dan kondisi, lalu ditetapkan, diadakan dan digunakanlah metode dan sarana komunikasi yang tepat.
Kunci keberhasilan gerakan pemberdayaan adalah membuat orang tersebut memahami bahwa sesuatu (misalnya diare) adalah masalah baginya dan bagi masyarakatnya. Sepanjang orang yang bersangkutan belum mengetahui dan menyadari bahwa sesuatu itu merupakan masalah, maka orang tersebut tidak akan bersedia menerima informasi apa pun lebih lanjut. Manakala ia telah menyadari masalah yang diha-dapinya, maka kepadanya harus diberikan informasi umum lebih lanjut tentang masalah yang bersangkutan.
Perubahan dari tahu ke mau pada umumnya dicapai dengan menyajikan fakta-fakta dan mendramatisasi masa-lah. Tetapi selain itu juga dengan mengajukan harapan bahwa masalah tersebut bisa dicegah dan atau diatasi. Di sini dapat dikemukakan fakta yang berkaitan dengan para tokoh masyarakat sebagai panutan (misalnya tentang seo-rang tokoh agama yang dia sendiri dan keluarganya tak per-nah terserang diare karena perilaku yang dipraktikannya).
Bilamana sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan, boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang seringkali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat (community organization) atau pembangunan masyarakat (community development). Untuk itu, sejumlah individu yang telah mau, dihimpun dalam suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari dermawan). Di sinilah letak pentingya sinkronisasi promosi kesehatan dengan program kesehatan yang didukungnya. Hal-hal yang akan diberikan kepada masya-rakat oleh program kesehatan sebagai bantuan, hendaknya disampaikan pada fase ini, bukan sebelumnya. Bantuan itu hendaknya juga sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat.
1.6    KEGIATAN GERAKAN PEMBERDAYAAN
Dalam melaksanakan gerakan pemberdayaan masyarakat perlu memperhatikan kondisi, situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat serta karateristik masyarakat setempat yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a)    Masyarakat pembina ( Caring Community )
Yaitu masyarakat yang peduli kesehatan misalnya : LSM kesehatan, organisasi profesi yang bergerak dibidang kesehatan.
b)    Masyarakat setara ( Coping Community )
Yaitu masyarakat yang karena kondisinya kurang memadai sehingga tidak dapat memelihara kesehatannya. Misalnya seorang ibu sadar akan pentingnya memeriksakan kehamilan, tetapi karena keterbatasan ekonomi dan tidak adanya transportasi ibu tidak pergi ke sarana pelayanan kesehatan.
c)    Masyarakat pemula ( Crisis Response Community)
Yaitu masyarakat yang tidak tahu akan pentingnya kesehatan dan belum  didukung oleh fasilitas yang tersedia. Misalnya masyarakat dilingkungan kumuh dan daerah terpencil
1.7    CARA PENDEKATAN GERAKAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
a)    Makro:
·       Membangun komitmen disetiap jenjang
·       Mengembangkan masyarakat (critical mass)
·       menyediakan petujuk pelaksnaan  dan biaya operasional
·       monitoring dan evaluasi serta koordinasi
b)   Mikro :
·       Menggali potensi yang belum disadari masyarakat. Potensi dapat muncul dari adanya kebutuhan masyarakat(demand creation) yang diperoleh melalui pengarahan, pemberian masukan, dialog, kerjasama dan pendelegasian.
·       Membuat model model percontohan dan prototipe pengembangan masyarakat, seperti menerapkan pendekatan edukatif dan manajemen ARRIF (Analisis, Rumusan,Rencana, Intervensi, Forum komunikasi)
·       Beberapa tolok ukur keberhasilan gerakan masyarakat dapat disebutkan antara lain : peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, peningkatan kampnye kesehatan oleh masyarakat dan peningkatan dana sehat /JPKM
1.8    KEGIATAN POKOK GERAKAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Melakukan KIE, kampanye dan kegiatan gerakan pemberdayaan masyarakat di bidang upaya pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian individu, keluarga dan masyarakat dalam memelihara, mengatasi serta meningkatkan kesehatannya
Mengembangkan, mengadakan serta mendistribusikan media KIE untuk mendukung kegiatan gerakan pemberdayaan masyarakat di bidang upaya pelayanan kesehatan. Melakukan kegiatan fasilitasi, bimbingan teknis atau asistensi terhadap pelaksanaan kegiatan PHBS di masyarakat. Bersama dengan masyarakat melakukan kegiatan pendekatan edukatif atau penerapan konsep PKMD penghargaan (insentif), serta peningkatan ekonomi produktif  ( income generating). Melakukan pemantauan dan penilaian kegiatan gerakan pemberdayaan masyarakat di bidang upaya pelayanan kesehatan.
1.9    JENIS KEGIATAN GERAKAN PEMBERDAYAAN
  • Pemberdayaan Individu
Pemberdayaan individu dilakukan oleh setiap petugas institusi kesehatan terhadap individu-individu yang datang memanfaatkan pelayanan kesehatan. Selain itu juga terhadap individu-individu yang menjadi sasaran kunjungan (misal-nya dalam upaya keperawatan kesehatan masyarakat atau usaha kesehatan sekolah).
Tujuan dilakukannya pemberdayaan individu terutama adalah untuk memperkenalkan perilaku baru kepada individu (yang mungkin juga merupakan pengganti dari peri-laku yang selama ini dipraktikkan oleh individu tersebut). Misalnya saja perilaku menimbang balita secara berkala untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan balita. Perilaku ini dapat diperkenalkan kepada individu-individu ibu yang membawa balitanya berobat ke Puskesmas. Kepada setiap ibu, setelah selesai diberi pelayanan pengobatan untuk balitanya, dapat disampaikan informasi tentang manfaat menimbang balita secara berkala, bagaimana mencatat dan menggunakan catatan (yaitu KMS), dan di mana si ibu dapat melakukan penimbangan yang dimaksud (yaitu di Posyandu).
Ibu yang dikunjungi ke rumahnya, mungkin karena berhenti memeriksakan kandungannya ke Puskesmas, padahal seharusnya masih harus melakukan hal itu (drop out). Atau karena sebab-sebab lain.
Seorang Bapak yang dikunjungi ke rumahnya, mungkin karena yang bersangkutan tidak memberikan kabar sepulang dari konsultasi tentang jamban. Atau tidak datang mengambil obat TBC ke Puskesmas. Atau karena sebab-sebab lain.
Murid sekolah atau madrasah atau santri pesantren yang ditangani secara individu, mungkin karena menderita karies gigi atau gizi kurang, atau masalah kesehatan lain. Saat kunjungan ini dilakukan proses Pemberdayaan sesuai dengan masalah yang dihadapi.
Metode yang digunakan dalam hal ini dapat berupa pilihan atau kombinasi dari: dialog, demonstrasi, konseling, dan bimbingan.
Media komunikasi yang digunakan dapat berupa pilihan atau kombinasi dari: lembar balik, gambar/ foto, dan skema, atau media lain yang mudah digunakan dan dibawa (jika dipakai kunjungan).
  • Pemberdayaan Keluarga
Pemberdayaan keluarga dilakukan oleh petugas intitusi kesehatan yang melaksanakan kunjungan rumah terhadap keluarga.
Yaitu keluarga dari individu pengunjung Puskesmas, atau keluarga-keluarga lain yang berada di wilayah kerja Puskesmas.
Tujuan dilakukannya pemberdayaan keluarga adalah untuk memperkenalkan perilaku baru (yang mungkin sebagai pengganti dari perilaku yang selama ini dipraktikkan keluarga tersebut). Misalnya buang air besar di jamban, mengonsumsi garam beryodium, memelihara taman obat keluarga, menguras bak mandi-menutup persediaan air-mengubur benda-benda buangan yang dapat menahan/menampung air (3M), mengonsumsi makanan berserat.
Pada saat kunjungan rumah ini semua anggota keluarga dikumpulkan dan diberikan informasi berkaitan dengan perilaku yang diperkenalkan. Pemberian informasi dilakukan secara sistematis sehingga anggota-anggota keluarga itu bergerak dari tidak tahu ke tahu, dan dari tahu ke mau. Bila sarana untuk melaksanakan perilaku yang bersangkutan tersedia, diharapkan juga sampai tercapai fase mampu melaksanakan (misalnya: mencuci tangan pakai sabun, BAB di jamban, minum air yang matang, dll).
Metode yang digunakan dapat berupa salah satu atau kombinasi dari: dialog, demonstrasi, diskusi kelompok terarah, dan bimbingan.
Media komunikasi yang digunakan juga dapat berupa pilihan atau kombinasi dari: poster, lembar balik, gambar/foto, dan skema, atau media lain yang mudah digunakan dan dibawa.
  • Pemberdayaan Masyarakat Umum
Gerakan pemberdayaan juga dapat dilakukan terhadap sekelompok individu anggota masyarakat, melalui upaya penggerakan atau pengorganisasian masyarakat (community organization/community development).
Sasarannya dapat berupa orang dewasa, dapat juga murid-murid sekolah atau santri-santri. Salah satu hasil dari upaya ini dapat berujud upaya-upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM) seperti Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pondok Bersalin Desa (Polindes), Bina Keluarga Balita (BKB), Warung Obat Desa (WOD), Panti Pemulihan Gizi, Dokter Kecil, Saka Bhakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren), Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan, Posyandu Usila, Panti Wreda, Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK), Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM), Taman Obat Keluarga (Toga), Dana Sehat, Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), dan lain-lain.  Melalui metode yang sama (yaitu pengorganisasian masyarakat) dapat pula dibentuk Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Yaitu suatu badan yang menghimpun berbagai potensi masyarakat seperti tokoh masyarakat, LSM, dan dunia usaha, yang berperan sebagai mitra Puskesmas dalam pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan.
Penggerakan atau pengorganisasian masyarakat diawali dengan membantu kelompok masyarakat tertentu untuk mengubah masalah yang dihadapi individu-individu menjadi masalah bersama. Setelah itu, lalu dirumuskan upaya bersama yang dapat dilaksanakan oleh kelompok untuk mengatasi masalah tersebut. Tidak jarang, untuk lebih meyakinkan kelompok dan dalam rangka perencanaan yang baik dalam mengatasi masalah, kelompok dibantu untuk melakukan survei sederhana (Community Self Survey atau CSS).
Dalam pelaksanaan pemecahan masalah, petugas kesehatan memberikan bantuan teknis dan sebaiknya juga material seperti obat, KMS, dan lain-lain. Jika petugas kesehatan tidak mampu memberikan bantuan material, kiranya, bekerja-sama dengan mitra potensial terkait.
  • Gerakan pemberdayaan di Rumah Sakit
  • Pemberdayaan Individu Pasien
Terdapat tiga kategori pasien, yaitu (1) pasien yang sedang sakit akut, (2) pasien yang dalam penyembuhan, dan (3) pasien dengan penyakit kronis. Selama pasien sakit akut, semua perhatian dan tenaga pasien serta petugas kesehatan dipusatkan pada upaya untuk menyelamatkan pasien dari ancaman maut dan dari penderitaan. Suasana seperti ini tidak tepat untuk melakukan promosi kesehatan. Namun petugas kesehatan sudah dapat mulai merencanakan upaya Pemberdayaan yang nanti akan dilakukannya. Pada saat pasien sudah memasuki masa penyembuhan, umumnya ia sangat ingin mengetahui seluk-beluk tentang penyakitnya. Walaupun tidak tertutup kemungkinan adanya pasien yang acuh-tak acuh karena mereka sudah terbebas dari penya-kitnya. Bagi pasien yang seperti ini, Pemberdayaan memang harus dimulai dari awal, yaitu dari menciptakan kesadaran akan adanya masalah. Adapun pasien dengan penyakit kronis dapat menunjukkan reaksi yang berbeda-beda seperti misalnya agresif, apatis, atau menarik diri. Hal ini karena penyakit kronis umumnya memberikan pengaruh fisik dan kejiwaan serta dampak sosial ekonomi kepada penderita-nya. Kepada pasien yang seperti ini, kesabaran dari petugas kesehatan sungguh sangat diharapkan, khususnya dalam pelaksanaan promosi kesehatan atau Pemberdayaan.
Tujuan pemberdayaan terhadap individu-individu pasien adalah agar yang bersangkutan:
  1. Mengembangkan pengertian dan sikap tentang penyakit yang dideritanya, sehingga tahu apa yang harus dilakukan dan kemudian terdorong untuk:
  • Membantu mempercepat penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatannya. Misalnya dengan selalu mengikuti secara tekun anjuran petugas kesehatan Rumah Sakit  dalam pengobatan penyakitnya.
  • Mencegah terserang kembali oleh penyakit yang sedang dideritanya.
  • Mencegah terjadinya penularan penyakitnya kepada orang lain.
  • Memberi penjelasan (penyuluhan) kepada orang lain agar tidak terserang oleh penyakit yang sedang dideritanya.
  1. Mengembangkan pengertian dan sikap tentang peman-faatan sarana kesehatan secara benar (sesuai dengan kaidah rujukan). Yaitu jika sakit sebaiknya tidak lang-sung ke Rumah Sakit, melainkan ke Puskesmas terdekat terlebih dulu. Selanjutnya, Puskesmaslah yang akan menentukan apakah ia perlu dikirim ke Rumah Sakit atau tidak.
Metode yang digunakan dalam hal ini dapat berupa pi-lihan atau kombinasi dari: dialog, demonstrasi, konseling, dan bimbingan, yang dilakukan di samping tempat tidur pasien (bedside health promotion). Bagi pasien-pasien yang sudah hampir sembuh, metode-metode yang dipilih dapat dilakukan secara berkelompok dalam satu ruangan. Media komunikasi yang digunakan dapat berupa pilihan atau kombinasi dari: lembar balik, gambar/foto, dan skema, atau media lain yang mudah digunakan dan dibawa (bila digunakan untuk bedside health promotion).
  • Pemberdayaan Keluarga/Kelompok
Pemberdayaan terhadap keluarga/kelompok ditujukan untuk mengembangkan pengertian dan kemauan guna mendukung pasien dalam bentuk:
  1. Dukungan moral dan atau material dalam penyem-buhan penyakit.
  2. Upaya mencegah agar penyakit yang diderita pasien tidak menular kepada orang lain.
  3. Upaya mencegah agar jika pasien sudah sembuh tidak terserang kembali oleh penyakit yang sama.
Jadi pemberdayaan keluarga/kelompok yang dilakukan di Rumah Sakit ini dapat pula disebut sebagai Bina Suasana di lingkungan Rumah Sakit. Pemberdayaan keluarga/kelompok di Rumah Sakit biasanya dilakukan sebelum atau sesudah keluarga/kelompok itu menjenguk pasien. Yaitu dengan jalan mengelompokan serta mengumpulkan mereka dalam ruangan-ruangan, sesuai dengan penyakit pasien yang dijenguknya.
Metode yang digunakan dapat berupa salah satu atau kombinasi dari: dialog, demonstrasi, diskusi dan bimbingan.
Media komunikasi yang digunakan juga dapat berupa pilihan atau kombinasi dari: slide, radio spot, poster, gambar/foto, dan skema, atau media lain.

1.10          PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pengembangan dilakukan apabila kegiatan di wilayah uji coba telah seperti yang diharapkan, maka perlu dilakukan kegiatan perluasan atau pengembangan ke daerah terutama di wilayah sekitarnya. Kegiatan yang dilakukan adalah:
  • Pertama-tama wilayah uji coba menyiapkan dokumentasi kegiatan serta hasil yang diperoleh
  • Selanjutnya mengundang tokoh masyarakat yang ada di wilayah sekitar daerah uji coba untuk mengikuti pertemuan serta melakukan peninjauan di wilayah yang sudah berhasil. Pada acara pertemuan para tamu ditunjukkan dokumentasi (slide, film atau foto) yang telah berhasil beserta gambaran proses kegiatannya.
  • Pada akhir pertemuan atau kunjungan dilakukan pembahasan kemungkinan menerapkan kegiatan serupa di wilayah sekitarnya.
  • Pengembangan kegiatan pemberdayaan ada dua macam yaitu: pengembangan daerah dan pengembangan program.
  • Dalam pengembangan kegiatan ke daerah lain harus dicegah adanya “penjiplakan”, namun harus berdasarkan kebutuhan, kemampuan serta karakteristik wilayah tersebut.










Penutup
KESIMPULAN
Dalam melakukan gerakan pemberdayaan terlebih dahulu kegiatan harus difokuskan pada upaya pemberdayaan petugas agar siap dan mampu berperan secara tepat dalam membangun masyarakat.
Mengembangkan masyarakat itu sendiri agar siap dan mampu berpartisipasi, memecahkan masalah yang dihadapinya secara mandiri.
Setelah kegiatan di masyarakat berlangsung, tidak berarti pemberdayaan petugas sudah berakhir, namun interaksi timbal balik  antara petugas dan masyarakat masih terus berlangsung. Artinya, masih banyak tatangan maupun permasalahan yang bervariasi harus dihadapi oleh petugas dalam melestarikan maupun mengembangkan kegiatan yang telah dibangun. Untuk itu proses pemberdayaan petugas harus terus dilakukan, sehingga tetap semangat dan mampu berperan dengan tepat dalam membantu masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar