Makalah
OBAT ANTIBIOTIK
Disusun oleh :
Millah Banizain ( 02.12.033 )
Muthmainnah ( 02.12.034 )
Naimatul Husniah ( 02.12.035 )
( 02.12.036 )
( 02.12.037 )
( 02.12.038 )
( 02.12.039 )
Nurul Karimah ( 02.12.040 )
( 02.12.041 )
( 02.12.042 )
Muthmainnah ( 02.12.034 )
Naimatul Husniah ( 02.12.035 )
( 02.12.036 )
( 02.12.037 )
( 02.12.038 )
( 02.12.039 )
Nurul Karimah ( 02.12.040 )
( 02.12.041 )
( 02.12.042 )
D3 Kebidanan
Kampus
a stikes DIAN HUSADA MOJOKERTO
2013 –
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Obat Antibiotik ” ini dengan tepat
waktu.
Kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, dan
juga kepada sumber-sumber yang digunakan untuk menunjang penyelesaian makalah
ini. Tidak lupa juga ucapan terima kasih kepada seluruh anggota kelompok yang
telah bekerja sama dalam penyelesaian makalah ini.
Demikianlah makalah yang telah kami
selesaikan. Tiada gading yang tak retak, begitu pula makalah ini yang tak luput
dari kekurangan. Kritik dan saran sangat kami harapkan untuk menunjang
keberhasilan dari makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Mojokerto,
19 Februari 2013
Penyusun
Daftar
isi
Kata Pengantar ................................................................................................................ i
Daftar Isi ............................................................................................................................ ii
Latar Belakang Masalah.................................................................................................
1
Rumusan Masalah..........................................................................................................
1
Isi.........................................................................................................................................
2
Pengertian Antibiotik ...................................................................................................... 2
Jenis – Jenis Antibiotik .................................................................................................. 2
Indikasi Pemakaian Antibiotika .................................................................................... 4
Efek Samping Antibiotika .............................................................................................. 6
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Mengkonsumsi
Antibiotika ....................... 7
Penutup.............................................................................................................................
8
Daftar Pustaka ................................................................................................................. 9
BAB i
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG MASALAH
Saat tubuh
terserang penyakit, tak jarang dokter memberikan resep antibiotik. Idealnya
antibiotik ini juga dikonsumsi sampai habis. Antibiotik terbukti mampu mencegah
dan mengobati pertumbuhan bakteri dalam tubuh, tetapi tidak semua penyakit
membutuhkan antibiotik. Tak hanya itu, penggunaan yang tidak tepat juga
menyebabkan tubuh resistensi terhadap antibiotik. Ketika kita mengonsumsi
antibiotik, saat itu juga antibiotik bekerja dengan memproduksi antibodi guna
melawan infeksi dan bakteri. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang patut kita
ketahui saat mengonsumi antibiotik.
1.2 RUMUSAN MASALAH
v Apa
antibiotik itu?
v Apa
saja jenis antibiotika?
v Bagaimana
indikasi pemakaian antibiotika?
v Apa
saja efek samping dari antibiotika?
BAB ii
isi
isi
2.1 Pengertian antibiotika
Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang
mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam
organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika
khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam
bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap
mutan atau transforman. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan
atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri.
Antibiotika berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan
membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk
hidup.
2.2 JENIS - JENIS ANTIBIOTIKA
Golongan
sefalosporin. Golongan ini hampir sama dengan penisilin
oleh karena mempunyai cincin beta laktam. Secara umum aktif terhadap kuman
Gram positif dan Gram negatif, tetapi spektrum anti kuman dari masing-masing
antibiotika sangat beragam, terbagi menjadi 3 kelompok, yakni:
1. Generasi
pertama yang paling aktif terhadap kuman Gram positif secara in vitro. Termasuk
di sini misalnya sefalotin, sefaleksin, sefazolin, sefradin. Generasi
pertama kurang aktif terhadap kuman Gram negatif.
2. Generasi
kedua agak kurang aktif terhadap kuman Gram positif tetapi lebih aktif terhadap
kuman Gram negatif, termasuk di sini misalnya sefamandol dan sefaklor.
3. Generasi
ketiga lebih aktif lagi terhadap kuman Gram negatif, termasuk
Enterobacteriaceae dan kadang-kadang peudomonas. Termasuk di sini adalah
sefoksitin (termasuk suatu antibiotika sefamisin), sefotaksim
dan moksalatam.
Golongan amfenikol
Golongan
ini mencakup senyawa induk kloramfenikol maupun derivat - derivatnya yakni
kloramfenikol palmitat, natrium suksinat dan tiamfenikol. Antibiotika ini
aktif terhadap kuman Gram positif dan Gram negatif maupun ricketsia,
klamidia, spirokaeta dan mikoplasma. Karena toksisitasnya terhadap sumsum
tulang, terutama anemia aplastika, maka kloramfenikol hanya dipakai untuk
infeksi S. typhi dan H. influenzae.
Golongan
tetrasiklin Merupakan antibiotika spektrum luas bersifat
bakteriostatik untuk kuman Gram positif dan Gram negatif, tetapi indikasi
pemakaiannya sudah sangat terbatas oleh karena masalah resistensi, namun
demikian antibiotika ini masih merupakan pilihan utama untuk
infeksi-infeksi yang disebabkan oleh klamidia, riketsia, dan mikoplasma.
Mungkin juga efektif terhadap N. meningitidis, N. gonorhoeae dan H.
influenzae., termasuk di sini adalah tetrasiklin, klortetrasiklin, oksitetrasiklin,
doksisiklin, minosiklin, metasiklin dan demeklosiklin.
Golongan
aminoglikosida Merupakan golongan antibiotika yang bersifat
bakterisid dan terutama aktif untuk kuman Gram negatif. Beberapa mungkin
aktif terhadap Gram positif. Streptomisin dan kanamisin juga aktif terhadap
kuman TBC. Termasuk di sini adalah amikasin, gentamisin, kanamisin,
streptomisin, neomisin, metilmisin dan tobramisin, antibiotika ini punya
sifat khas toksisitas berupa nefrotoksik, ototoksik dan neurotoksik.
Golongan
makrolida Golongan makrolida hampir sama dengan
penisilin dalam hal spektrum antikuman, sehingga merupakan
alternatif untuk pasien-pasien yang alergi penisilin. Bekerja dengan
menghambat sintesis protein kuman. Aktif secara invitro terhadap
kuman-kuman Gram positif, Gram negatif, mikoplasma, klamidia, riketsia dan
aktinomisetes. Selain sebagai alternatif penisilin, eritromisin juga
merupakan pilihan utama untuk infeksi pneumonia atipik (disebabkan oleh
Mycoplasma pneumoniae) dan penyakit Legionnaires (disebabkan Legionella
pneumophilla) termasuk dalam golongan makrolida selain eritromisin juga
roksitromisin, spiramisin, josamisin, rosaramisin, oleandomisin
dan trioleandomisin.
Golongan
linkosamid. Termasuk di sini adalah linkomisin dan
klindamisin, aktif terhadap kuman Gram positif termasuk stafilokokus
yang resisten terhadap penisilin. Juga aktif terhadap kuman anaerob,
misalnya bakteroides. Sering dipakai sebagai alternatif penisilin
antistafilokokus pada infeksi tulang dan sendi serta infeksi-infeksi abdominal.
Sayangnya, pemakaiannya sering diikuti dengan superinfeksi C. difficile,
dalam bentuk kolitis pseudomembranosa yang fatal.
Golongan
polipeptida. Antibiotika golongan ini meliputi polimiksin
A, B, C, D dan E. Merupakan kelompok antibiotika yang terdiri dari rangkaian
polipeptida dan secara selektif aktif terhadap kuman Gram negatif, misalnya
psedudomonas maupun kuman-kuman koliform yang lain. Toksisitas polimiksin
membatasi pemakaiannya, terutama dalam bentuk neurotoksisitas dan
nefrotoksisitas. Mungkin dapat berperan lebih penting kembali dengan
meningkatnya infeksi pseudomonas dan enterobakteri yang resisten terhadap
obat-obat lain.
Golongan
antimikobakterium Golongan antibiotika dan kemoterapetika
ini aktif terhadap kuman mikobakterium. Termasuk di sini adalah
obat-obat anti TBC dan lepra, misalnya rifampisin, streptomisin, INH,
dapson, etambutol dan lain-lain.
Golongan
sulfonamida dan trimetropim Kepentingan sulfonamida
dalam kemoterapi infeksi banyak menurun karena masalah resistensi. Tetapi
beberapa mungkin masih aktif terhadap bentuk-bentuk infeksi tertentu
misalnya sulfisoksazol untuk infeksi dan infeksi saluran kencing.
Kombinasi sulfamektoksazol dan trimetoprim untuk infeksi saluran kencing,
salmonelosis, kuman bronkitis, prostatitis. Spektrum kuman mencakup
kuman-kuman Gram positif dan Gram negatif.
Golongan
kuinolon Merupakan kemoterapetika sintetis yang
akhir-akhir ini mulai populer dengan spektrum antikuman yang luas terutama
untuk kuman-kuman Gram negatif dan Gram positif, enterobakteriaceae dan
pseudomonas. Terutama dipakai untuk infeksi-infeksi nosokomial. Termasuk
di sini adalah asam nalidiksat, norfloksasin, ofloksasin, pefloksasin dan
lain-lain.
Golongan
lain-lain Masih banyak jenis-jenis antibiotika dan
kemoterapetika lain yang tidak tercakup dalam kelompok yang disebutkan
di atas. Misalnya saja vankomisin, spektinomisin, basitrasin,
metronidazol, dan lain-lain. Informasi mengenai pemakaian dan sifat
masing-masing dapat dicari dari sumber pustaka baku. Vankomisin terutama aktif
untuk Gram positif, terutama untuk S. areus, S. epidermidis, S.
pneumoniae. Juga merupakan pilihan untuk infeksi stafilokokus yang
resisten terhadap metisilin. Tetapi karena toksisitasnya, maka vankomisin hanya
dianjurkan kalau antibiotika lain tidak lagi efektif.
2.3 INDIKASI PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA
Indikasi
yang tepat dan benar dalam pemberian antibiotika pada anak adalah bila penyebab
infeksi tersebut adalah bakteri. Menurut CDC (Centers for Disease Control and
Prevention) indikasi pemberian antibiotika adalah bila batuk dan pilek yang
berkelanjutan selama lebih 10 – 14 hari.yang terjadi sepanjang hari (bukan
hanya pada malam hari dan pagi hari). Batuk malam dan pagi hari biasanya
berkaitan dengan alergi atau bukan lagi dalam fase infeksi dan tidak perlu
antibiotika
Indikasi
lain bila terdapat gejala infeksi sinusitis akut yang berat seperti panas >
39 C dengan cairan hidung purulen, nyeri, pembengkakan sekitar mata dan wajah.
Pilihan pertama pengobatan antibiotika untuk kasus ini cukup dengan pemberian
Amoxicillin, Amoxicillinm atau Clavulanate. Bila dalam 2 – 3 hari membaik
pengobatan dapat dilanjutkan selama 7 hari setelah keluhan membaik atau
biasanya selama 10 – 14 hari.
Indikasi
lainnya adalah radang tenggorokan karena infeksi kuman streptokokus. Penyakit
ini pada umumnya menyerang anak berusia 7 tahun atau lebih. Pada anak usia 4
tahun hanya 15% yang mengalami radang tenggorokan karena kuman ini. Penyakit
yang lain yang harus mendapatkan antibiotika adalah infeksi saluran kemih dan
penyakit tifus Untuk mengetahui apakah ada infeksi bakteri biasanya dengan
melakukan kultur darah atau urine. Apabila dicurigai adanya infeksi saluran
kemih, dilakukan pemeriksaan kultur urine. Setelah beberapa hari akan diketahui
bila ada infeksi bakteri berikut jenis dan sensitivitas terhadap antibiotika.
Untuk mengetahui penyakit tifus harus dilakukan pemeriksaan darah Widal dan
kultur darah gal. Anak usia di bawah 5 tahun yang mengalami infeksi virus
sering mengalami overdiagnosis penyakit Tifus. Sering terjadi kesalahan
persepsi dalam pembacaan hasil laboratorium. Infeksi virus dengan peningkatan
sedikit pemeriksaan nilai widal sudah divonis gejala tifus dan dihantam dengan
antibiotika.
Sebagian
besar kasus penyakit pada anak yang berobat jalan penyebabnya adalah virus.
Dengan kata lain seharusnya kemungkinan penggunaan antibiotika yang benar tidak
besar atau mungkin hanya sekitar 10 – 15% penderita anak. Penyakit virus adalah
penyakit yang termasuk “self limiting disease” atau penyakit yang sembuh
sendiri dalam waktu 5 – 7 hari. Sebagian besar penyakit infeksi diare, batuk,
pilek dan panas penyebabnya adalah virus. Secara umum setiap anak akan
mengalami 2 hingga 9 kali penyakit saluran napas karena virus. Sebaiknya jangan
terlalu mudah mendiagnosis (overdiagnosis) sinusitis pada anak. Bila tidak
terdapat komplikasi lainnya secara alamiah pilek, batuk dan pengeluaran cairan
hidung akan menetap paling lama sampai 14 hari setelah gejala lainnya membaik
Sebuah
penelitian terhadap gejala pada 139 penderita pilek(flu) karena virus
didapatkan bahwa pemberian antibiotik pada kelompok kontrol tidak memperbaiki
cairan mucopurulent dari hidung. Antibiotika tidak efektif mengobati Infeksi
saluran napas Atas dan tidak mencegah infeksi bakteri tumpangan. Sebagian besar
infeksi Saluran napas Atas termasuk sinus paranasalis sangat jarang sekali
terjadi komplikasi bakteri.
2.4 EFEK SAMPING ANTIBIOTIKA
1. Gangguan
pencernaan
Salah
satu efek samping antibiotik yang paling umum adalah masalah pencernaan,
seperti diare, mual, kram, kembung dan nyeri.
2.
Gangguan fungsi jantung dan tubuh lainnya
Beberapa
orang yang mengonsumsi antibiotik mengalami jantung berdebar-debar, detak
jantung abnormal, sakit kepala parah, masalah hati seperti penyakit kuning,
masalah ginjal seperti air kecing berwarna gelap dan batu ginjal dan masalah
saraf seperti kesemutan di tangan dan kaki.
3.
Infeksi
Efek
samping yang paling rentan dirasakan perempuan adalah infeksi jamur pada organ
reproduksi yang dapat menyebabkan keputihan, gatal dan vagina mengeluarkan bau
serta cairan.
4.
Alergi
Orang
yang mengonsumsi antibiotik juga sering mengalami alergi, bahkan hingga
bertahun-tahun. Alergi yang sering terjadi adalah gatal-gatal dan pembengkakan
di mulut atau tenggorokan.
5.
Resistensi (kebal)
Orang
yang keseringan minum antibiotik bisa mengalami resistensi atau tidak mempan
lagi dengan antibiotik. Ketika seseorang resisten terhadap antibiotik, ada
beberapa penyakit dan infeksi yang tidak dapat lagi diobati, sehingga
memerlukan antibiotik dengan dosis lebih tinggi. Semakin tinggi dosis maka akan
semakin menimbulkan efek samping yang serius dan mengancam jiwa.
6.
Gangguan serius dan mengancam nyawa
Penggunaan
antibiotik dosis tinggi dan dalam jangka lama dapat menimbulkan efek sampaing
yang sangat serius, seperti disfungsi atau kerusakan hati, tremor (gerakan
tubuh yang tidak terkontrol), penurunan sel darah putih, kerusakan otak,
kerusakan ginjal, tendon pecah, koma, aritmia jantung (gangguan irama jantung)
dan bahkan kematian.
2.5 HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN SAAT
MENGKONSUMSI ANTIBIOTIKA
Jenis dan Dosis
Pertama,
jangan pernah mengonsumsi antibiotik lebih dari satu jenis. Hal ini dapat
menghilangkan kinerja antibiotik itu sendiri. Selain itu, tuntaskan dosis
sesuai anjuran. Bulan lalu, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Eropa
(ECDC) memperkirakan, ada sekitar 25ribu orang meninggal dunia setiap tahunnya
karena resistensi terhadap produk antibiotik.
Perbanyak Cairan
Dilansir Boldsky,
saat mengkonsumsi antibiotik, Anda juga harus memperbanyak cairan untuk
menghindari masalah pencernaan, seperti mual, kram, nyeri, dan kembung. Tak
hanya ini, cairan juga dibutuhkan untuk mengindari masalah ginjal. Air
putih dan jus buah segar sangat dianjurkan untuk membantu kinerja pencernaan
Anda.
Alergi
Pastikan
Anda tidak memiliki riwayat alergi pada beberapa jenis obat-obatan, termasuk
antibiotik. Umumnya mereka yang alergi pada obat antibiotik mengalami gejala
seperti gatal dan terjadi pembengkakan di mulut dan teggorokan.
Disamping
itu jika digunakan dalam dosis tinggi dan dalam jangka panjang, dapat mengancam
kesehatan dan menimbulkan masalah kesehatan serius. Misal kerusakan ginjal,
otak, dan hati, bahkan kematian.
penutup
Demikian susunan makalah yang kami buat. Tiada gading
yang tak retak, begitu pula makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat. Kurang
lebihnya kami mohon maaf. Terima kasih
daftar
pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar