TUGAS ASKEB NEONATUS
askeb kejang pada bayi usia 10 bulan
askeb kejang pada bayi usia 10 bulan
Disusun oleh :
Choiro Nur’Aini (
02.12.006 )
Eka Herin Priyanti (
02.12.012 )
Kholifatul Akbariyah
( 02.12.027 )
Millah Banizain (
02.12.033 )
Naimatul Husniah (
02.12.035 )
Nur Laila Lailotu (
02.12.037 )
Siti Maisaroh (
02.12.046)
Umrotus Sa’diyah (
02.12.048 )
Yunita Rahmawati (
02.12.051 )
Ziyan Jamila (
02.12.052 )
D3 Kebidanan
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
JL.
RAYA TERAS 04 TAMBAK AGUNG PURI
MOJOKERTO
Tinjauan teori
KEJANG
KEJANG
A. Definisi
Kejang pada bayi baru lahir ialah
kejang yang timbul masa neonatus atau dalam 28 hari sesudah lahir (Buku
Kesehatan Anak).
Menurut Brown (1974) kejang adalah
suatu aritma serebral.
Kejang adalah perubahan secara
tiba-tiba fungsi neurology baik fungsi motorik maupun fungsi otonomik karena
kelebihan pancaran listrik pada otak (Buku Pelayanan Obstetric Neonatal
Emergensi Dasar).
Kejang bukanlah suatu penyakit
tetapi merupakan gejala dari gangguan saraf pusat, lokal atau sistemik. Kejang
ini merupakan gejala gangguan syaraf dan tanda penting akan adanya penyakit
lain sebagai penyebab kejang tersebut, yang dapat mengakibatkan gejala sisa
yang menetap di kemudian hari. Bila penyebab tersebut diketahui harus segera di
obati. Hal yang paling penting dari
kejang pada bayi baru lahir adalah mengenal kejangnya, mendiagnosis
penyakit penyebabnya dan memberikan pertolongan terarah, bukan hanya mencoba
menanggulangi kejang tersebut dengan obat antikonvulsan.
Manifestasi kejang pada bayi baru
lahir dapat berupa tremor, hiperaktif, kejang-kejang, tiba-tiba menangis
melengking. Tonus otot hilang disertai atau tidak dengan kehilangan kesadaran,
gerakan yang tidak menentu (involuntary
movements) nistagmus atau mata mengedip-edip proksismal, gerakan seperti
mengunyah dan menelan. Oleh karena itu Manifestasi klinik yang berbeda-beda dan
bervariasi, sering kali kejang pada bayi baru lahir tidak di kenali oleh yang
belum berpengalaman. Dalam prinsip, setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi
baru lahir apabila berangsur berulang-ulang dan periodik, harus dipikirkan
kemungkinan Manifestasi kejang.
B. Patogenesis
Kejang pada neonatus seringkali
tidak dikenali kerena bentuknya yang berbeda dengan kejang orang dewasa dan
anak-anak. Penyelidikan sinemotografi dan EEG menunjukkan bahwa kelainan pada
EGG sesuai dengan twitching dari muka, kedipan muka, menguap, kaku tiba-tiba
dan sebagainya. Oleh karena itu, kejang pada bayi baru lahir tidak spesifikasi
dan lebih banyak digunakan istilah “fit” atau “seizure”.
Manifestasi yang berbeda-beda ini
disebabkan morfologi dan organisasi dari korteks serebri yang belum terbentuk
sempurna pada neonatus (Froeman, 1975). Demikian pula pembentukan dendrit,
synopsis dan mielinasasi. Susunan syarat pusat pada neonatus terutama berfungsi
pada medulla spinalis dan batang orak. Kelainan lokal pada neuron tidak
disalurkan kepada jaringan berikutnya sehingga kejang umum jarang terjadi.
Batang otak berhubungan dengan
gerakan-gerakan seperti menghisap, gerakan bola mata, pernafasan dan
sebagainya, sedangkan fleksi umum atau kekakuan secara fokal atau umum adalah
gejala medula spinalis.
C. Pembagian Kejang
Volve (1977) membagi kejang pada
bayi baru lahir sebagai berikut :
1.
Bentuk kejang yang hampir tidak terlihat (Subtle) yang
sering tidak di insafi sebagai kejang. Terbanyak di dapat pada neonatus berupa
:
a.
Deviasi horizontal bola mata
b.
Getaran dari kelopak mata (berkedip-kedip)
c.
Gerakan pipi dan mulut seperti menghisap, mengunyah,
mengecap, dan menguap
d.
Opnu berulang
e.
Gerakan tonik tungkai
2.
Kejang klonik multifokal (miogratory)
Gerakan klonik berpindah-pindah dari satu anggota
gerak ke yang lain secara tidak teratur, kadang-kadang kejang yang satu dengan
yang lain dapat menyerupai kejang umum.
3.
Kejang tonik
Ekstensi kedua tungkai, kadang-kadang dengan flexi
kedua lengan menyerupai dekortikasi
4.
Kejang miokolik
Berupa gerakan flexi seketika seluruh tubuh, jarang
terlihat pada neonatus
5.
Kejang umum
Kejang seluruh badan, sianosis, kesadaran menurun
6. Kejang fokal
Gerakan ritmik 2-3 x/detik. Sentakan yang dimulai dari
salah satu kaki, tangan atau muka (gerakan mata yang berputar-putar, menguap,
mata berkedip-kedip, nistagmus, tangis dengan nada tinggi).
D.
Diagnosis
1. Anamnesa
a. Anemnesa
lengkap mengenai keadaan ibu pada saat hamil
b. Obat yang di
minum oleh ibu saat hamil
c. Obat yang
diberikan dan yang diperlukan sewaktu persalinan
d. Apakah ada
anak dan keluarga yang sebelumnya menderita kejang dan lain-lain.
e.
Riwayat persalinan: bayi lahir prematus, lahir dengan
tindakan, penolong persalinan, asfiksia neontorum
f.
Riwayat immunisasi tetanus ibu, penolong persalinan
bukan tenaga kesehatan
g.
Riwayat perawatan tali pusat dengan obat tradisional
h.
Riwayat kejang, penurunan kesadaran, ada gerakan
abnormal pada mata, mulut, lidah, ekstremitas
i. Riwayat
spasme atau kekakukan pada ekstremitas, otot mulut dan perut
j. Kejang
dipicu oleh kebisingan atau prosedur atau tindakan pengobatan
k. Riwayat bayi
malas minum sesudah dapat minum normal
l. Adanya
faktor resiko infeksi
m. Riwayat ibu
mendapatkan obat, misal: heroin, metadon, propoxypen, alkohol
n. Riwayat
perubahan warna kulit (kuning)
o. Saat
timbulnya dan lama terjadinya kejang
2. Pemeriksaan fisik
a. Kejang
1)
Gerakan normal pada wajah, mata, mulut, lidah dan
ekstremitas
2)
Ekstensi atau fleksi tonik ekstremitas, gerakan
seperti mengayuh sepeda, mata berkedip berputar, juling
3)
Tangisan melengking dengan nada tinggi, sukar berhenti
4)
Perubahan status kesadaran, apnea, ikterus, ubun-ubun
besar menonjol, suhu tidak normal
b. Spasme
1) Bayi tetap
sadar, menangis kesakitan
2) Trismus,
kekakuan otot mulut pada ekstremitas, perut, kontraksi otot, tidak terkendali
dipicu oleh kebisingan, cahaya atau prosedur diagnostik
3) Infeksi tali
pusat
3. Pemeriksaan laboratorium
Gula darah, kalsium, fospor, magnesium, natrium,
bilirubin, fungsi lumbal, darah tepi, dan kalau mungkin biakan darah dan cairan
serebrospinal foto kepala dan EEG, pemeriksaan sedapat mungkin terarah.
E.
Prognosis
Tergantung dari cepat lambatnya
timbul kejang (makin dini timbulnya kejang, makin tinggi angka kematian dan
gejala usia) beratnya penyakit, fasilitas laboratorium, cepat lambatnya
mendapat pengobatan yang adekuat dan baik tidaknya perawatan.
F. Etiologi
1. Metabolik
a.
Hipoglikemia
Bila kadar darah gula kurang dari 30
mg% pada neonatus cukup bulan dan kurang dari 20 mg% pada bayi dengan berat
badan lahir rendah. Hipoglikemia dapat dengan/tanpa gejala. Gejala dapat berupa
serangan apnea, kejang sianosis, minum lemah, biasanya terdapat pada bayi berat
badan lahir rendah, bayi kembar yang kecil, bayi dari ibu penderita diabetes
melitus, asfiksia.
b.
Hipokalsemia
Yaitu: keadaan kadar kalsium pada
plasma kurang dari 8 mg/100 ml atau kurang dari 8 mg/100 ml atau kurang dari 4
MEq/L
Gejala: tangis dengan nada tinggi,
tonus berkurang, kejang dan diantara dua serangan bayi dalam keadaan baik.
c.
Hipomagnesemia
Yaitu kadar magnesium dalam darah
kurang dari 1,2 mEg/l. biasanya terdapat bersama-sama dengan hipokalsemia,
hipoglikemia dan lain-lain.
Gejala kejang yang tidak dapat di
atasi atau hipokalsemia yang tidak dapat sembuh dengan pengobatan yang adekuat.
d.
Hiponatremia dan hipernatremia
Hiponatremia adalah kadar Na dalam
serum kurang dari 130 mEg/l. gejalanya adalah kejang, tremor. Hipertremia,
kadar Na dalam darah lebih dari 145 mEg/l. Kejang yang biasanya disebabkan oleh
karena trombosis vena atau adanya petekis dalam otak.
e.
Defisiensi pirodiksin dan dependensi piridoksisn
Merupakan akibat kekurangan vitamin
B6. gejalanya adalah kejang yang hebat dan tidak hilang dengan pemberian obat
anti kejang, kalsium, glukosa, dan lain-lain. Pengobatan dengan memberikan 50
mg pirodiksin
f.
Asfiksia
Suatu keadaan bayi tidak bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir etiologi karena adanya gangguan
pertukaran gas dan transfer O2 dari ibu ke janin.
2.
Perdarahan
intrakranial
Dapat disebabkan oleh trauma lahir
seperti asfiksia atau hipoksia, defisiensi vitamin K, trombositopenia. Perdarahan dapat terjadi sub dural, dub
aroknoid, intraventrikulus dan intraserebral. Biasanya disertai hipoglikemia,
hipokalsemia. Diagnosis yang tepat sukar ditetapkan, fungsi lumbal dan
offalmoskopi mungkin dapat membantu diagnosis. Terapi : pemberian obat anti
kejang dan perbaikan gangguan metabolism bila ada.
3. Infeksi
Infeksi
dapat menyebabkan kejang, seperti : tetanus dan meningitis
4. Genetik/kelainan
bawaan
5. Penyebab
lain
a.
Polisikemia
Biasanya terdapat pada bayi berat
lahir rendah, infufisiensi placenta, transfuse dari bayi kembar yang satunya ke
bayi kembar yang lain dengan kadar hemoktrokit di atas 65%
b.
Kejang idiopatik
Tidak memerlukan pengobatan yang
spesifik, bila tidak diketahui penyebabnya berikan oksigen untuk sianosisnya
c.
Toksin estrogen
Misalnya : hexachlorophene
G.
Penanganan (Buku Acuan Nasional
Maternatal dan Neonatal)
1.
Prinsip dasar tindakan mengatasi kejang pada bayi baru
lahir sebagai berikut :
a. Mengatasi
kejang dengan memberikan obat anti kejang-kejang (Misal : diazepam, fenobarbital,
fenotin/dilantin)
b. Menjaga
jalan nafas tetap bebas dengan resusitasi
c. Mencari
faktor penyebab kejang
d. Mengobati
penyebab kejang (mengobati hipoglikemia, hipokalsemia dan lain-lain)
2.
Obat anti kejang (Buku Acuan Nasional Maternatal dan
Neonatal, 2002)
a. Diazepam
Dosis 0,1-0,3 mg/kg BB IV disuntikan
perlahan-lahan sampai kejang hilang atau berhenti. Dapat diulangi pada kejang
beruang, tetapi tidak dianjurkan untuk digunakan pada dosis pemeliharaan
b.
Fenobarbital
Dosis 5-10 mg/kg BB IV disuntikkan
perlahan-lahan, jika kejang berlanjut lagi dalam 5-10 menit. Fenitoin diberikan
apabila kejang tidak dapat di berikan 4-7 mg/kg BB IV pada hari pertama di
lanjutkan dengan dosis pemeliharaan 4-7 mg/kg BB atau oral dalam 2 dosis.
3.
Penanganan kejang pada bayi baru lahir (Buku Acuan
Nasional Maternal dan Neonatal, 2002)
a. Bayi
diletakkan dalam tempat yang hangat pastikan bahwa bayi tidak kedinginan. Suhu
dipertahankan 36,5oC - 37oC
b. Jalan nafas
bayi dibersihkan dengan tindakan penghisap lendir di seputar mulut, hidung
sampai nasofaring
c. Bila bayi
apnea dilakukan pertolongan agar bayi bernafas lagi dengan alat bantu balon dan
sungkup, diberikan oksigen dengan kecepatan 2 liter/menit
d. Dilakukan
pemasangan infus intravena di pembuluh darah perifer di tangan, kaki, atau
kepala. Bila bayi diduga dilahirkan oleh ibu berpenyakit diabetes miletus
dilakukan pemasangan infus melalui vena umbilikostis
e. Bila infus
sudah terpasang di beri obat anti kejang diazepam 0,5 mg/kg supositoria IM
setiap 2 menit sampai kejang teratasi, kemudian di tambah luminal (fenobarbital
30 mg IM/IV)
f. Nilai
kondisi bayi selama 15 menit. Perhatikan kelainan fisik yang ada
g. Bila kejang
sudah teratasi, diberi cairan dextrose 10% dengan kecepatan 60 ml/kg BB/hari
h. Dilakukan
anamnesis mengenai keadaan bayi untuk
mencari faktor penyebab kejang
1) Apakah
kemungkinan bayi dilahirkan oleh ibu yang berpenyakit DM
2) Apakah
kemungkinan bayi prematur
3) Apakah
kemungkinan bayi mengalami asfiksia
4) Apakah
kemungkinan ibu bayi mengidap/menggunakan narkotika
i. Bila sudah
teratasi di ambil bahan untuk pemeriksaan laboratorium untuk mencari faktor
penyebab kejang, misalnya :
1) Darah tepi
2) Elektrolit
darah
3) Gula darah
4) Kimia darah
(kalsium, magnesium)
j. Bila
kecurigaan kearah pepsis dilakukan pemeriksaan fungsi lumbal
k. Obat
diberikan sesuai dengan hasil penelitian ulang
l. Apabila
kejang masih berulang, diazepam dapat diberikan lagi sampai 2 kali.
ASUHAN KEBIDANAN
Pada an.”r” usia 10 bulan dengan kejang
Pada an.”r” usia 10 bulan dengan kejang
I.
PENGKAJIAN
A.
Identitas
Klien
Nomor RM : 01-41-42-57 Tanggal
Masuk RS : 12/4/2009
Nama Klien : An. R Tanggal
Pengkajian : 14/4/2009
Nama Panggilan : An. R
Tempat Tanggal Lahir : Sleman, 26/5/2008
Umur : 10 bulan.
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Bahasa yang Dimengerti : Jawa
Orang Tua/Wali
Nama Ayah/Ibu : Bp. M/Ibu R
Pekerjaan Ayah/Ibu : Swasta/Guru
Pendidikan : SLTA/SPG
Alamat : Sumberadi, Mlati, Sleman
II.
KRONOLOGIS
Satu hari
sebelum masuk rumah sakit anak demam, tidak muntah, tidak batuk, tidak pilek,
kemudian diberi paracetamol ½ sendok teh tetapi demam masih tinggi.
Hari masuk rumah sakit anak muntah 2 kali seperti yang dimakan tidak muncrat,
BAB encer 1 kali, demam tinggi, tidak ada edema. Anak kejang saat di UGD selam
2 menit, berhenti dengan diazepam 5 mg suspensi dan 2 kali dumin suspensi
masuk.
III.
SOAP
S :
a.
Keluhan
Utama
Panas, suhu
tubuh 38 °C.
b.
Riwayat
Persalinan
1.
Persalinan ditolong oleh : Bidan
2.
Jenis persalinan :
Spontan pervaginam
3.
Tempat persalinan : RB Kasih Ibu
4.
Lama persalinan :
a.
Kala I : 10 jam 30 menit
b.
Kala II : 30
menit
c.
Kala III : 30
menit
d.
Kala IV : 2 jam
5. Masalah yang
terjadi selama persalinan : tidak ada
6.
Keadaan air ketuban :
jernih
7.
Keadaan umum bayi : kelahiran tunggal, usia kehamilan saat
melahirkan + 40 minggu
O :
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Tingkat kesadaran : compos mentis
Nadi: 124 x/m Suhu: 38,2 °C RR:
30 x/m
BB: 8 kg TB: 77 cm LK: 45 cm
2. Kulit : turgor baik, tidak ada ptechie dan
diaperras
3. Kepala : bersih, ubun-ubun belum menutup.
4. Mata :
tidak ada edema palpebra, konjungtiva tidak pucat, scelera tidak ikterik.
5. Telinga : kebersihan baik, tidak ada pengeluaran
cairan.
6. Hidung : terpasang sonde.
7. Mulut : mukosa lembab, tidak ada iritasi mukosa.
8. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening.
9. Dada :
Simetris, tidak ada ketinggalan gerak
10. Paru-paru : perkusi sonor, bunyi napas vesikular.
11. Jantung : Auskultasi S1 tunggal, S2 split tdk
konstan, tidak ada bising.
12. Abdomen : bentuk soepel, tidak ada distensi.
13. Anus dan rectum : tidak ada iritasi pada mukosa.
14. Muskuloskeletal : kekuatan otot baik, pergerakan
tidak terbatas.
A :
ANALISA DATA
Tgl/Jam
|
Data Senjang
|
Masalah
|
Etiologi
|
14/4 ‘09
08.00
|
DS:
- Ibu
klien mengatakan an. R panas.
DO:
- Suhu
axila 38,2 °C.
- Kulit
merah.
- Kulit
teraba hangat.
|
Hipertermi
|
Peningkatan metabolik
|
14/4 ‘09
08.00
|
DS:
Ibu klien mengatakan anak muntah 1 x dan BAB lunak 1 x
pagi ini.
DO:
Peningkatan suhu tubuh 38,2 °C.
|
Risiko kekurangan volume cairan
|
Status hipermetabolik
|
14/4 ‘09
08.00
|
DS:
-
DO:
· Demam, suhu 38,2 °C.
· Riwayat kesehatan: Kejang saat masuk rumah sakit.
|
Risiko cedera
|
Fungsi regulatori biokimia
(hipertermi dan konvulsi)
|
P :
1. Memberikan
obat Zinc 1 x 20 mg
2. Memberikan
obat Dialac 2 x 1 sachet
3. Memberikan
obat Paracetamol 10 mg/ kg BB k/p (3/4 cth).
4. Memberikan
obat Diazepam 0,3 mg/kg BB IV jika kejang (2,5 mg).
5. Memberikan
obat Diazepam 0,1 mg/kg BB per oral jika suhu > 38,5 °C (0,8 mg).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar